Dosen
:
Mata
Kuliah :
Lukmanul
Hakim S.Ud MIRKH Studi Al-Qur’an
AYAT TENTANG KEBAIKAN DAN KEBURUKAN
Nama
kelompok:
Nawela Rawita
Rizka Maulita
Weni S
JURUSAN
MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2017
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala
puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan
dalam menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Ayat tentang Kebaikan dan Keburukan/Kejahatan”
Makalah ini disusun agar pembaca dapat
mengetahui tentang “Ayat
tentang Kebaikan dan Keburukan/Kejahatan”
yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun
oleh penulis dengan berbagai rintangan baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari
Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing dan teman-teman yang telah
memberi kontribusi baik secara langsung mupun tidak langsung.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya, penulis menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah yang lebih baik.
Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Pekanbaru, 11 April 2017
Penulis
i
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3.Tujuan Penulisan................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kebaikan......................................................................................... 2
2.2. Pengertian Keburukan(Kejahatan)................................................................... 8
2.3. Ayat tentang Kebaikan dan Keburukan
2.3.1.
Ayat 1............................................................................................ 12
2.3.2.
Ayat 2............................................................................................ 12
2.3.3.
Ayat 3............................................................................................ 13
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan................................................................................................ 15
3.2.Saran.......................................................................................................... 15
Daftar Pustaka..................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Akhlak
seseorang ditandai dengan sejumlah cirri dari kepribadian dan tingkah lakunya.
Islam menciptakan kaidah tersendiri dalam membina umatnya berdasarkan asas yang
dapat memelihara eksistensi mereka untuk dapat mencapai keseimbangan
berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan Hadis. Akhlak seseorang akan mempunyai
dampak positif dan negatif bagi dirinya secara pribadi, masyarakat, dan
lingkungannya.
Sebagai
manusia yang mengaku muslim atau muslimah maka sikap dan tindakannya harus
selalu berpijak kepada firman Allah Swt, baik yang langsung diberikan kepada
Rasul MUhammadSaw berupa Al-Qur’anul Kariim, maupun tidak langsung melainkan
melalui Rasul Muhammad Saw berupa Al-Hadis atau As-Sunnah. Hal ini penting
karena sebagai bukti bahwa ia benar-benar berpegang teguh terhadap agama yang
ia pilih dan betul-betul konsekuen terhadap suatu keyakinan yang ia percayai.
Apabila tidak bersikap demikian siapa pun yang mengaku muslim atau muslimah itu
diragukan dan bahkan dipertanyakan pengakuannya dan jangan-jangan itu hanya
sekedar dalam lisan, sebatas tertera pada KTP, bahkan cukup sebagai
aksesoris(hiasan) semata. Mudah-mudahan kita semua terjaga dari sikap ini.
1.2.Rumusan
Masalah
1.2.1.
Apa itu kebaikan ?
1.2.2.
Apa itu keburukan/kejahatan ?
1.2.3.
Apa ayat tentang kebaikan dan
keburukan/kejahatan ?
1.3.Tujuan
Penulisan
1.3.1.
Untuk mengetahui apa itu kebaikan
1.3.2.
Untuk mengetahui apa itu
keburukan/kejahatan
1.3.3.
Untuk mengetahui apa ayat tentang
kebaikan dan keburukan/kejahatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KEBAIKAN
2.1.1. PENGERTIAN KEBAIKAN
2.1.1.1 Etimologi
Dari
segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa Arab, atau good
dalam bahasa Inggris.[1]
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia baik adalah elok, patut, teratur.
2.1.1.2. Terminologi
Kebaikan
adalah sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum
yang berlaku. [2]
Dalam
beberapa kamus dan ensiklopedia diperoleh pengertian sebagai berikut :
1. Baik
berarti sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan
2. Baik
berarti sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan,
persesuaian dan seterusnya
3. Baik
berarti sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan dan
memberikan kepuasan
4. Baik
berarti sesuatu yang sesuai dengan keinginan
5. Sesuatu
yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang
atau bahagia, bila ia dihargai secara positif[3]
Dan
ada pula pendapat yang mengatakan bahwa secara umum yang disebut baik atau
kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan
manusia.tingkah laku manusia adalah baik jika tingkah laku tersebut menuju
kesempurnaan manusia. Kebaikan disebut nilai, apabila kebaikan itu bagi
seseorang menjadi kebaikan yang kongkret.[4]
Baik
disebut juga mustahab, yaitu amal
atau perbuatan yang disenangi. Perbuatan baik merupakan akhlaqul karimah yang wajib dikerjakan. Al-Ghazali menyebutkan,
perbuatan dapat dikatakan baik karena adanya pertimbangan akal yang mengambil
keputusan secara mendesak, seperti menyelamatkan orang-orang yang tenggelam
atau orang-orang yang menderita kecelakaan.
Jadi,
Akhlaqul Karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda
kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlaqul Karimah dilahirkan
berdasarkan sifat-sifat yang terpuji. Contohnya malu berbuat jahat adalah salah
satu akhlak yang baik. Akhlak yang baik disebut juga dengan akhlak mahmudah.
Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimiliki seseorang
misalnya sabar, benar, dan tawakal, itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan
gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya.
Al-Ghazali
menerangkan adanya empat pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu :
a. Mencari
hikmah
b. Bersikap
berani
c. Bersuci
diri
d. Berlaku
adil[5]
2.1.2. BENTUK-BENTUK
PERBUATAN BAIK
v Amanah
Amanah
artinya dapat dipercaya. Sebagai manusia kita harus menyadari bahwa hidup di
dunia ini tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus berinteraksi dengan orang
lain. Dalam berinteraksi itu kita akan menyadari kekurangan yang ada pada diri
kita dan kelebihan yang dipunyai oleh orang lain sehingga kemudian akan terjadi
proses “tolong-menolong” dan “bantu-membantu”. Supaya dalam proses tersebut
tidak saling mencurigai dan tidak saling merugikan anatara satu dengan yang
lainnya, islam sangat menekankan kepada umatnya agar selalu bersikap amanah.
v Shidiq
Shidiq
artinya benar. Dalam prilaku kehidupan sehari-hari shidiq dapat diartikan
jujur. Jujur yang dimaksud di sini adalah jujur dalam arti yang menyeluruh,
maksudnya bukan hanya dalam setiap tindakan. Hal ini bisa dipahami karena lawan
katadari pada shidiq adalah al-kidzbu, yang artinya bohong. Kalau seorang islam
berbuat bohong, berarti ia telah menyakiti orang lain.
v Adil
Adil
merupakan suatu istilah yang berasal dari kata”adala”, artinya pas atau
seimbangnya dari dua sisi, yakni sebelah kiri dan sebelah kanandalam timbangan.
Kemudian yang dimaksud dengan adil adalah memutuskan atau memberikan sesuatu,
baik berupa hukum maupun yang lainnya, sesuai dengan haknya, dan tidak
mendzalimi kepada orang lain.
v Menepati Janji
Janji
adalah hutang maka untuk itu harus ditunaikan. Apabila seseorang tidak
menunaikan suatu janji berarti itu merupakan suatu kedzaliman dan mengandung
itsmun atau dosa dan kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawaban di
hadapan Dzat Yang Maha Adil.
v Memaafkan
Kita
sebagai umat muslim harus menyadari siapa pun sebagai manusia pasti mengalami
kesalahan dan kekhilafan, kecuali para nabi dan rasul Allah Swt, karena mereka
telah dijaga oleh Allah dari segala perbuatan salah dan lupa. Dengan mudah memaafkan
maka akan lahir persahabatan yang hakiki, tentramnya jiwa dan damainya
pergaulan serta manisnya persaudaraan.
v Tolong-menolong
Manusia
bukanlah sebagai khaliq yang memiliki segala ke-Maha Kuasaan. Manusia hanyalah
merupakan makhluk di antara makhluk-makhluk Allah Swt lainnya. Dengan adanya
“plus dan minus” dalam diri manusia maka siapa pun yang mengaku sebagai manusia
harus selalu mengedepankan “tolong-menolong” dengan tulus ikhlas.
v Kreatif
Hidup
di dunia tidaklah abadi. Dengan pendeknya usia yang dimiliki oleh manusia, maka
hendaknya setiap manusia selalu memanfaatkannya dengan perbuatan-perbuatan yang
shaleh dan memacu potensi dirinya dengan ide-ide yang kreatif dan inovatif
sehingga hidupnya dapat lebih bermakna dan bermanfaat kepada orang lain, yang
pahalanya akan terus mengalir sekalipun ia telah tiada.
v Kerja Keras
Dunia
berbeda dengan akhirat. Di antara perbedaan yang sangat mendasar adalah dunia
ini sebagai “medan perjuangan” untuk mencari bekal di akhirat kelak. Sedangkan
akhirat adalah sebagai “wahana pembalasan” atas segala amal shaleh ketika di
dunia. Untuk itu di dunia apa pun bentuknya tidak ada yang bersifat sim
salabim, hanya membalikkan telapak tangan melainkan semuanya harus melalui
proses sebab akibat dan merupakan itu sunnatullah. Proses tersebut membutuhkan
kerja keras dan jiwa penuh pengorbanan, baik itu bersifat lahir seperti usaha,
kerja, dsb maupun bersifat bathin seperti berfikir dan berdoa.
v Taat dan Patuh pada Peraturan
Dalam
dunia modern komunitas masyarakat itu dikelompokkan menjadi kelompok masyarakat
yang lebih kecil, yang dikenal dengan istilah “organisasi”. Perkumpulan
masyarakat yang terakhir ini biasanya mempunyai kesamaan latar belakang,
seperti profesi, suku, politik, usaha, dsb. Semakin maju suatu masyarakat maka
semakin bermacam-macam corak dan ragam organisasi yang lahir di dalamnya.
Supaya terakomodirnya berbagai keepentingan di dalam suatu komunitas
masyarakat(organisasi), maka biasanya setiap organisasi memiliki system(aturan)
tersendiri. System itulah yang akan mengatur siapa pun orang yang termasuk ke
dalam cakupan wilayahnya.
v Islakh
Islakh
merupakan istilah yang terbangun dari wazan yang artinya baik, tidak rusak,
tidak binasa, shaleh, patut, dan bermanfaat. Namun yang dimaksud disini adalah
usaha mendamaikan antara dua orang atau lebih yang bertengkar atau bermusuhan
atau mendamaikan dari hal-hal yang dapat menimbulkan peperangan dan permusuhan.
Islakh merupakan sikap terpuji.
v Silaturrahim
Adalah
usaha untuk menyambung, mengikat, dan menjalin kasih sayang atau tali
persaudaraan antara sesama manusia, terutama dengan sanak keluarga. Untuk itu
Allah memerintahkan agar setiap manusia selalu mengadakan silaturrahim.[6]
v Bersifat Sabar
Kesabaran
dibagi menjadi empat kategori yaitu :
a. Sabar
menanggung beratnya melaksanakan kewajiban. Kewajiban melaksanakan shalat lima
waktu, kewajiban membayar zakat, kewajiban melaksanakan haji bila mampu. Bagi
orang yang sabar, betapapun beratnya kewajiban itu tetap dilaksanakan, tidak
peduli apakah dalam keadaan melarat, sakit,atau dalam kesibukan. Semuanya tetap
dilaksanakan dengan patuh dan ikhlas. Orang yang sabar melaksanakan kewajiban
berarti mendapat taufik dan hidayah Allah.
b. Sabar
menanggung musibah atau cobaan. Cobaan bermacam-macam, silih berganti
datangnya. Namun bila orang mau bersabar menanggung musibah atau cobaan
disertai tawakal kepada Allah, pasti kebahagiaan terbuka lebar. Namun yang
sabar menanggung musibah pasti memperoleh pahala dari Allah.
c. Sabar
menahan penganiayaan orang. Di dunia ini tidak bisa luput drai kezaliman.
Banyak terjadi kasus-kasus penganiayaan terutama menimpa orang-orang yang suka
menegakkan keadilan dan kebenaran, tetapi bagi orang yang sabar menahan
penganiayaan demi tegaknya keadilan dan kebenaran, pasti dia orang-orang yang
dicintai Allah.
d. Sabar
menanggung kemiskinan dan kepapaan. Banyak orang-orang yang hidupnya selalu
dirundung kemiskinan akhirnya berputus asa.
v Bersifat Kasih Sayang
Kasih
sayang(ar-rahman) adalah fitrah yang dianugerahkan Allah kepada makhluk. Ruang
lingkup kasih sayang dapat diutarakan dalam beberapa tingkatan yaitu :
·
Kasih sayang dalam lingkungan keluarga
·
Kasih sayang dalam lingkungan tetangga
dan kampong
·
Kasih sayang dalam lingkungan bangsa
·
Kasih sayang dalam lingkungan keagamaan
v Bersifat Hemat
a. Penghematan
harta benda
§ Membelanjakan
sesuatu harta dengan mendahulukan apa-apa yang paling perlu
§ Tidak
boleh membelanjakan sesuatu yang akibatnya merugikan diri pribadi dan tidak memberikan
manfaat apa-apa
§ Tidak
boleh memelihara sesuatu yang hanya memberikan manfaat bagi diri sendiri,
tetapi merugikan kepentingan orang banyak
§ Perlu
diperhitungkan dengan teliti antara pemasukan dengan pengeluaran
b. Penghematan
tenaga. Dalam diri manusia terdapat tenaga yang betapa pun kuatnya pasti
terbatas adanya. Oleh karena itu hendaklah tenaga dimanfaatkan secara wajar
menurut kodrat kesanggupan dan jangan mengangkat beban yang berlebihan
c. Penghematan
waktu. Pemanfaatan waktu yang tersedia dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan
produktif, efektif, dan efisien itulah yang dimaksud sebagai penghematan waktu
v Bersifat berani
Sifat
berani termasuk dalam fadhilah akhlaqul karimah. Syaja’ah(berani) bukanlah
semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental
seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.
v Bersifat kuat
Al-Quwwah
termasuk dalam rangkaian fadhilah akhlaqul karimah. Kekuatan pribadi manusia
dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
·
Kuat fisik, kuat jasmaniah yang meliputi
anggota tubuh
·
Kuat jiwa, bersemangat, inovatif dan
inisiatif
·
Kuat akal, pikiran, cerdas, dan cepat
mengambil keputusan yang tepat
v Bersifat malu
Malu
ialah malu terhadap Allah dan malu kepada diri sendiri di kala melanggar
peraturan-peraturan Allah. Perasaan ini dapat menjadi bimbingan kepada jalan
keselamatan dan mencegah dari perbuatan nista fadhilah akhlaqul karimah
v Memelihara kesucian diri
Menjaga
diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan pada
setiap waktu. Dengan penjagaan diri secara ketat, maka dapatlah diri
dipertahankan untuk selalu berada pada status khairunnas.
2.2. KEBURUKAN(KEJAHATAN)
2.2.1. Pengertian
Keburukan(Kejahatan)
2.2.1.1. Etimologi
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia buruk adalah rusak atau busuk karena sudah lama.
Sedangkan keburukan adalah keadaan (sifat dan sebagainya) yang buruk; kejelekan.[7]
2.2.1.2. Terminologi
Dalam
beberapa kamus dan ensiklopedia, dihimpun pengertian buruk sebagai berikut :
1. Rusak
atau tidak baik, jahat, tidak menyenangkan, tidak elok, jelek
2. Perbuatan
yang tidak sopan, kurang ajar, jahat, tidak menyenangkan
3. Segala
yang tercela, lawan baik, lawan pantas, lawan bagus, perbuatan yang
bertentangan dengan norma-norma agama, adat istiadat dan masyarakat yang
berlaku
Sesuatu
yang dikatakan buruk apabila membuat orang menjadi tidak senang dengan apa yang
diperbuatnya, tidak memberikan kepuasan dan tidak memberikan kenikmatan
terhadap sesuatu yang dibuatnya juga tidak sesuai dengan yang diharapkan,
sesuatu yang dinilai negatif oleh orang yang menginginkannya.
Akhlak
buruk, yaitu suatu sifat yang tercela dan dilarang oleh norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang melaksanakannya niscaya
mendapat dosa dari Allah karena perbuatan tersebut adalah perbuatan yang
tercela di hadapan Allah.[8]
2.2.2. Bentuk-bentuk
Perbuatan Buruk
v Ghibah
Ghibah
menurut bahasa artinya umpat atau pergunjingan. Sedangkan menurut istilah ialah
menyebut atau memperkatakan perihal seseorang ketika ia tidak hadir dan ia
tidak menyukai atau membencinya, seandainya sampai kepadanya. Ghibah dilarang
dalam Islam dan secara penalaran dapat dimaklumi dengan berbagai alas an yaitu
:
1. Ghibah
berarti membuka aib seseorang
2. Ghibah
dapat menimbulkan rasa malu pada diri seseorang
3. Ghibah
dapat menimbulkan emosi bahkan menyebabkan pertikaian dan permusuhan
v Riya
Riya
secara bahasa artinya menampakkan atau memperlihatkan. Sedangkan menurut
istilah yang dimaksud dengan riya ialah menampakkan atau memperlihatkan amal
perbuatan supaya mendapatkan pujian orang lain.
v Ujub
Ujub
berasal dari kata ajaba-ya’jubu-‘ajaban artinya heran dan takjub. Sedangkan
menurut istilah ialah perasaan bangga yang berlebih-lebihan atas segala
kema,puan dan kekayaan yang dimilikinya serta merasa bahwa semua itu
semata-mata prestasi dari hasil kerja keras yang telah dilakukan oleh dirinya.
v Takabur
Takabur
secara bahasa ialah membesarkan diri atau menganggapo dirinya lebih
dibandingkan dengan orang lain. Sedangkan menurut istilah ialah sutu sikap
mental yang menganggap rendah orang lain sementara ia menganggap tinggi dan
mulia terhadap dirinya sendiri. Cirri-ciri sifat takabur ialah :
1. Suka
memuji diri seperti dalam keturunan, harta, jabatan, ilmu, dsb
2. Meremehkan
orang lain
3. Suka
mencela dan mengkritik orang lain dengan kritikan yang destruktif. Kesalahan
orang lain yang kecil diungkapkan dan melupakan kesalahan diri sendiri
4. Memalingkan
muka bila bertemu dengan seseorang
5. Berlagak
dalam bicara
6. Berlebih-lebihan
dalam berpakaian, dsb
v Namimah
Namimah
menurut bahasa artinya adu domba. Sedangkan menurut istilah ialah memindahkan
perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan. Namimah
dilarang karena akan merusak hubungan persaudaraan.
v Thama’
Thama’
menurut bahasa artinya berlebih-lebihan. Sedangkan menurut istilah ialah suatu
sikap untuk memiliki hal-hal yang bersifat duniawi secara berlebih-lebihan.
Dalam persoalan rizki(duniawi) hendaknya selalu berhati-hati dan tidaklah risau
serta mempersoalkannya karena sudah dijamin Allah Swt.
v Suudzan
Suudzan
artinya berburuk sangka. Adapun lawan katanya ialah khusnudzan(berprasangka
baik). Supaya manusia dapat bergaul dengan baik maka hendaknya ia selalu
menghilangkan suudzan terhadap siapa pun karena dengan sikap tersebut berarti
ia telah menghilangkan suudzan terhadap siapa pun karena dengan sikap tersebut
berarti ia telah menghilangkan batas dan jarak ked an dari siapa pun.
v Bakhil
Kata
Bakhil berasal dari proses. Bakhila-yabkhalu-bakhalan atau bakhula-yabkhulu-bukhlan
artinya kikir. Sedangkan menurut istilah ialah suatu siakp mental yang enggan
mengeluarkan harta atau yang lainnya kepada orang lain yang memerlukan atau
membutuhkannya, sementara dirinya berkecukupan atau berlebihan.[9]
v Sifat Dengki
Dengki
menurut bahasa ialah menaruh perasaan marah(benci, tidak suka) karena sesuatu
yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain. Dengki ialah rasa benci dalam
hati terhadap kenikmatan orang lain dan disertai maksud agar nikmat itu hilang
atau berpindah kepadanya.
v Sifat Iri Hati
Kata
iri menurut bahasa ialah merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain,
kurang senang melihat orang lain beruntung, cemburu dengan keberuntungan orang,
tidak rela apabila orang lain mendapatkan nikmat dan kebahagiaan. Iri hati
termasuk perbuatan yang tercela, hukumnya haram.
v Sifat Angkuh(Sombong)
Angkuh
merupakan sifat seseorang, menjadi sifat yang telah melekat pada diri orang
tersebut. Sombong, yaitu menganggap dirinya lebih dari yang lain sehingga ia
berusaha menutupi tidak mau mengakui kekurangan dirinya selalu merasa lebih
besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih dirhormati, lebih mulia, dan lebih
beruntung dari yang lain.[10]
v Musyrik
Musyrik
merupakan sikap yang mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya. Dengan cara
menganggap bahwa ada suatu makhluk menyamai kekuasaan-Nya.
v Murtad
Murtad
yaitu sikap yang meninggalkan atau keluar dari agama Islam, untuk menjadi
kafir.
v Munafik
Yaitu
sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan kemauan hatinya dalam
kehidupan beragama.
v Mudah marah
Yaitu
kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh kesadarannya, sehingga
menonjolkan sikap prilaku yang tidak menyenangkan orang lain.
v Sifat Kikir
Yaitu
suatu sikap yang tidak mau memberikan bantuan kepada orang lain dalam bentuk
materi atau jasa.
v Berbuat Aniaya
Yaitu
suatu perbuatan yang merugikan orang lain, baik kerugian matrill maupun non
matrill. Dan ada juga yang mengatakan, bahwa seseorang yang mengambil hak-hak
orang lain, termasuk perbuatan dzalim.[11]
2.3. AYAT TENTANG KEBAIKAN DAN KEBURUKAN
2.3.1. AYAT 1
مَنْ
جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ
فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Artinya
:
Barangsiapa
membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan
barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan
melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya
(dirugikan).(Q.S. Al-An’am :160)[12]
Penjelasan
:
Umat
islam hendaklah selalu menjaga dan persatuan. Berpecah-belah tegas dilatrang.
Berbeda pendapat tidak boleh menjadikan retaknya persatuan itu. Segala sesuatau
hendaklah dikembalikan kepada kitabullah dan sunnah rasul-Nya. Perpecahan
sering terjadi karena soal-soal : 1. Politik dan ingin berkuasa, 2. Rasa
kebangsaan yang keterlaluan sampai memecah persaudaraan umat islam, 3. Sangan
fanatik memegang salah satu mazhab, 4. Diadu domba oleh pihak luar islam. Jika
umat islam ingin jaya kembali, maka tidak ada jalan lain selain dari pada
menjaga persatuan dan kesatuan. Persatuan adalah syarat mutlak untuk mencapai
kemenangan. Pahala yang berlipat ganda menjadi dorongan untuk berbuat baik guna
menguatkan persatuan itu. [13]
Pelajaran yang bisa
diambil dari ayat di atas :
Ayat
ini memperingati kita sebagai umat manusia untuk selalu berbuat baik sesama
umat manusia dan menuruti perintah Allah Swt dan menjauhi perbuatan yang
dilarang oleh Allah Swt. Karena dengan kita berbuat kebaikan, maka Allah Swt
akan memberikan pahala sepuluh kali lipat. Sedangkan kalau kita berbuat
kejahatan, maka Allah Swt akan memberikan kita pembalasan sesuai dengan
perbuatan jahat yang kita lakukan. Maka dari itu segeralah kita menjauhi
perbuatan buruk dan meminta ampun kepada Allah Swt.
2.3.2.
AYAT 2
مَا
أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ
نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا
Artinya
:
Apa
saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu,
maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada
segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.(Q.S. An Nisa: 79)[14]
Penjelasan
:
(apa
pun yang kamu peroleh) hai manusia (berupa kebaikan, maka dari Allah) artinya
diberi-Nya kamu karena karunia dan kemurahan-Nya (dan apa pun yang menimpamu
berupa keburukan) atau bencana (maka dari dirimu sendiri) artinya karena kamu
melakukan hal-hal yang mengundang datangnya bencana itu. (dan kami utus kamu)
hai Muhammad- (kepada manusia sebagai Rasul) menjadi hal yang diperkuat. (dan
cukuplah Allah sebagai saksi) atas kerasulanmu.[15]
Pelajaran yang bisa
diambil dari ayat di atas :
Ayat
diatas memberitahu kita sebagai umat manusia bahwa nikmat yang kita dapatkan
selama ini merupakan pemberian dari Allah Swt. Dan musibah yang kita dapatkan
selama ini merupakan balasan dari Allah Swt atas perbuatan buruk yang kita
lakukan sendiri. Maka dari itu kita sebagai umat manusia seharusnya selalu
bersyukur dengan kenikmatan yang diberikan Allah Swt kepada kita dan banyak
berdoa dan bertaubat agar kita terhindar dari musibah dan keburukan. Allah Swt
mengutus Nabi Muhammad Saw sebagai rasul karena alasan tertentu dan itu hanya
Allah Swt yang tahu.
2.3.3. AYAT 3
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ
طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ
السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
Artinya
: Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan
pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang
baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan
bagi orang-orang yang ingat.(Q.S. Hud: 114)
Penjelasan
:
Pada
suatu waktu ada seorang lelaki datang kepada Umar Bin Khattab mengatakan:
“Wahai Umar, ada seorang perempuan datang kepadaku untuk membeli barang
dagangan. Karena aku terpikat kecantikannya, maka ia aku ajak ke gudang. Dan
aku bermesraan dengannya. Yang tidak aku lakukan hanya sanggama”. Kata Umar:
“Kecelakaan buatmu. Adakah ia wanita yang ditinggal suaminya berjihad di jalan
Allah ?”. jawabnya: Ya, benar”. Permasalahan ini dibawa kepada Abu Bakar
Shiddiq. Dan Abu Bakar menanyakan seperti apa yang ditanyakan oleh Umar bin Khattab.
Selanjutnya permasalahan ini diadukan kepada Rasullullah SAW, dan beliau pun
menanyakan sebagaimana yang ditanyakan Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Sesaat
kemudian Allah SWT menurunkan ayat ke-114 sebagai ketegasan hokum bagi lelaki
yang mengajukan pertanyaan tersebut. Yakni dengan melaksanakan shalat lima
waktu yang baik, secara berjamaah, Allah SWT akan mengampuni dosa yang telah
dilakukan. Kemudian lelaki itu bertanya:”Wahai Rasulullah, adakah
rukhshah(dispensasi) ini khusus buatku?”. Jawab Rasulullah: “:Untuk seluruh
ummatku”. (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas)[16]
Pelajaran yang bisa
diambil dari ayat di atas :
Ayat
diatas menjelaskan bahwa kita sebagai umat manusia diwajibkan untuk
melaksanakan sholat lima waktu dan diiringi sholat sunnah lainnya. Karena
sesungguhnya sholat itu juga dapat menghapuskan dosa-dosa kita kalau kita
sungguh-sungguh mengerjakannya. Dalam arti ayat di atas dijelaskan bahwa
perbuatan-perbuatan baik dapat menghapuskan perbuatan-perbuatan buruk. Ayat ini
juga menjadi peringatan buat kita sebagai umat manusia agar selalu ingat akan
dosa yang kita lakukan selama ini.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Jadi,
Akhlaqul Karimah berarti tingakah laku yang terpuji yang merupakan tanda
kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlaqul Karimah dilahirkan
berdasarkan sifat-sifat yang terpuji. Contohnya malu berbuat jahat adalah salah
satu akhlak yang baik. Akhlak yang baik disebut juga dengan akhlak mahmudah.
Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimiliki seseorang
misalnya sabar, benar, dan tawakal, itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan
gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya.
Sesuatu
yang dikatakan buruk apabila membuat orang menjadi tidak senang dengan apa yang
diperbuatnya, tidak memberikan kepuasan dan tidak memberikan kenikmatan
terhadap sesuatu yang dibuatnya juga tidak sesuai dengan yang diharapkan,
sesuatu yang dinilai negatif oleh orang yang menginginkannya.
3.2.Saran
Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Asy-Syirbaany,
Ridwan. Membentuk Pribadi Lebih Islami.
Jakarta: PT. Intimedia Ciptanusantara
Dra.
Zulmaizarna. 2009. Akhlak Mulia Bagi Para
Pemimpin. Bandung: Penerbit Pustaka Al-Fikriis
Abdullah,
Drs. M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak Dalam
Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: AMZAH
Nata,
Abuddin. 2011. Akhlak Tasawuf.
Jakarta: Rajawali Pers
Shihab,
M.Quraish. 2005. Tafsir Al-Mishbah volume
4. Jakarta: Penerbit Lentera Hati
Shihab,
M.Quraish. 2005. Tafsir Al-Mishbah volume
2. Jakarta: Penerbit Lentera Hati
Mahali,
A.Mudjab. 2002. Asbabun Nuzul Studi
Pendalaman Al-Qur’an. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada
Tafsir Rahmat.
Imam
Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. 2003. Tafsir Jalalain, Bandung : Sinar Baru Algesindo,
[1] Drs. M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an,
AMZAH, Jakarta, 2007, hlm .39
[2] http://kbbi.web.id/baik
[3]Drs.
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam
Perspektif Al-Qur’an, AMZAH, Jakarta, 2007, hlm .39
[4]
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm.
104
[5]
Drs. M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak
dalam Perspektif Al-Qur’an, AMZAH, Jakarta, 2007, hlm .39-41
[6]
Ridwan Asy-Syirbaany, Membentuk Pribadi
Lebih Islami, PT. Intimedia Ciptanusantara, Jakarta, hlm .90-177
[7] http://kbbi.web.id/buruk
[8]
Drs. M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak
dalam Perspektif Al-Qur’an, AMZAH, Jakarta, 2007, hlm .41-56
[9]
Ridwan Asy-Syirbaany, Membentuk Pribadi
Lebih Islami, PT. Intimedia Ciptanusantara, Jakarta, hlm 179-191
[10]
Drs. M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak
dalam Perspektif Al-Qur’an, AMZAH, Jakarta, 2010, hlm .62-67
[11]
Dra. Zulmaizarna, Akhlak Mulia Bagi Para
Pemimpin, Pustaka Al-Fikriis, Bandung, hlm .68-77
[12]
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah
volume 4, Penerbit Lentera Hati, 2005, hlm.351
[13] Tafsir Rahmat, hlm.279
[14]
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah
volume 2, Penerbit Lentera Hati, 2005, hlm.520
[15]
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, Sinar Baru Algesindo, hlm. 351-352
[16]
A.Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi
Pendalaman Al-Qur’an, PT.RajaGrafindo Persada, 2002, hlm. 506-508
Tidak ada komentar:
Posting Komentar