Jumat, 03 November 2017

ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Dalam akuntansi keprilakuan  yang berbicara tentang perilaku selalu berbarengan dengan akuntansi pertanggung jawawban dimana  merupakan  penjelas akuntansi perencanaan, pengukur, pengevaluasi kinerja organisasi, pemegang kendali bagi orang-orang  yang bertanggung jawab menjalankan operasi dan jawaban bagi setiap masalah umum  pada akuntansi managemen, serta merupakan komponen penting dari sistem pengendalian sebab pada laporan pertanggung jawababn mencakup semua aspek perilaku yang akan dikendalikan oleh perusahaan.
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu bidang dari akuntansi manajemen yang dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh setiap manajer atau dengan kata lain akuntansi pertanggungjawaban merupakan media pengendalian biaya atau pendapatan dengan menghubungkan biaya atau pendapatan dengan tempat dimana biaya atau pendapatan tersebut dikeluarkan atau diperoleh oleh penanggungjawab dari tempat tersebut.
Pertanggungjawaban merupakan kewajiban untuk melaksanakan pekerjaan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya hanya dapat diterapkan pada manusia dan pertanggungjawaban ini muncul akibat adanya hubungan antara atasan dengan bawahan. Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat antara struktur organisasi dan sistem akuntansi pertanggungjawaban. Idealnya sistem akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struktur dari sebuah organisasi.
Paper ini akan dimulai dengan penjelasan aspek-aspek perilaku dalam organisasi, akuntansi pertanggungjawaban dan semoga paper ini dapat berguna sebagai acuan paper lainya yang berkaitan dengan judul paper ini kedepannya.

B.     Rumusan Masalah
Makalah ini hanya membahas dalam konteks ruang lingkup “ ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN ”

C.     Tujuan Penulisan
Tujuan dari pada paper ini adalah untuk memberikan penjelasan kepada mahasiswa terhadap ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN”.

D.     Manfaat Penulisan
Manfaat dari pada penyusunan paper ini adalah mahasiswa mamahami ”ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN dan mampu mengaplikasikan dan mengimplementasikan dalam kehidupan dunia kerja nantinya secara baik dan benar.



BAB II
PEMBAHASAN
A.     Akuntansi Pertanggungjawaban
1.      Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan istilah yang digunakan dalam menjelaskan akuntansi perencanaan serta pengukuran dan evaluasi kinerja organisasi sepanjang garis pertanggungjawaban. Garis pertanggungjawaban ini meliputi pendapatan, serta biaya-biaya.
Akuntansi pertanggungjawaban adalah jawaban akuntansi manajemen terhadap pengetahuan umum bahwa masalah-masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif mungkin dengan mengendalikan orang-orang yang bertanggung jawab untuk menjalankan operasi tersebut.
Salah satu tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk memastikan bahwa individu-individu pada seluruh tingkatan di perusahaan telah memberikan kontribusi yang memuaskan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara menyeluruh.
Menurut H.S. Hadibroto, memberikan definisi sebagai berikut :
“Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem akuntansi yang disesuaikan agar manajemen dapat melakukan pengawasan efisiensi untuk sesuatu bagian tertentu ataupun untuk petugas-petugas yang bertanggung jawab terhadap efisiensi biaya yang menjadi tanggungjawab”. (1991, hlm. 6)
Berdasarkan dari definisi di atas, maka penulis mencoba mengambil    kesimpulan   bahwa   akuntansi  pertanggungjawaban adalah :
1.      Suatu  sistem  akuntansi  yang  ada  dalam  suatu  organisasi berfungsi sebagai alat pengawasan manajemen.
2.      Suatu sistem akuntansi yang menyusun dan melaporkan pendapatan dan biaya untuk pusat pertanggungjawaban.
2.      Tujuan dan Keuntungan Akuntansi Pertanggungjawaban
Penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada suatu perusahaan,terlebih dahulu harus diketahui apa yang menjadi tujuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban itu sendiri.
Menurut Robert N. Anthony dan Roger H. Hermanson (2001: 57) dikemukakan bahwa Tujuan Akuntansi pertanggungjawaban adalah membebani pusat pertanggungjawaban dengan biaya yang dikeluarkannya.
Berdasarkan tujuan-tujuan yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban adalah mengadakan evaluasi hasil kerja suatu pusat pertanggungjawaban untuk meningkatkan operasi-operasi perusahaan di waktu yang akan datang. Keuntungan dari akuntansi pertanggungjawaban adalah individu dalam organisasi ikut berperan serta dalam mencapai sasaran perusahaan secara efektif dan efisien.
3.      Fungsi Akuntansi Pertanggungjawaban
 Akuntansi pertanggungjawaban menurut fungsinya adalah sebagai alat penilaian kinerja dan memberikan atau menghasilkan arus balik sehingga operasi diwaktu yang akan datang dapat ditingkatkan.
a.       Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan
b.      Penilaian Kinerja Pusat Biaya
c.       Penilaian Kinerja Pusat Laba
d.      Penilaian Kinerja Pusat Investasi
4.      Kegunaan Akuntansi Pertanggungjawaban bagi manajemen
1.      Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan anggaran.
Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran diterapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagian aktivitas pencapaian sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mengukur berbagai nilai sumber daya yang disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian, anggaran yang berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur nilai sumber daya yang disediakan selama tahun anggaran bagi manajer yang diberi peran untuk mencapai sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran, informasi akuntansi pertanggungjawaban berfungsi sebagai alat pengiriman peran kepada manajer yang diberi peran dalam pencapaian sasaran perusahaan.
2.      Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilaian kinerja manajer pertanggungjawaban.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi tersebut menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan atau biaya yang menjadi tanggung jawabnya, dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan dan atau biaya tersebut menurut manajer yang bertanggung jawab. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan skor yang dibuat untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai sasaran perusahaan.
3.      Informasi akuntansi pertanggungjawaban memungkinkan pengelolaan aktivitas.
Manajemen memerlukan pemisahan aktivitas penambahan dan bukan penambah nilai dan identifikasi sumber daya yang dikonsumsi oleh kedua tipe aktivitas tersebut. Dengan menyajikan informasi biaya yang dipisahkan ke dalam biaya penambah dan bukan penambah nilai, manajemen dapat :
a.       Memperoleh informasi biaya bukan penambah nilai yang menggambarkan besarnya pemborosan yang sekarang dialami oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
b.      Memperoleh biaya-biaya bukan penambah nilai yang memungkinkan mereka memusatkan pengendalian mereka terhadap aktivitas bukan penambah nilai.
c.       Memperoleh informasi biaya-biaya penambah nilai yang memungkinkan mereka melakukan penyempurnaan efisiensi aktivitas penambah nilai.

5.      Jenis-jenis Tingkat Pertanggungjawaban
pusat pertanggungjawaban individu berfungsi sebagai kerangka kerja untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja dari manajer segmen. Pusat pertanggungjawaban dikelompokkan kedalam empat kategori, yang masing-masing mencerminkan rentang dan diskresi atas pendapatan dan/atau biaya serta lingkup pengendalian dari manajer yang bertanggung jawab.
a.       Pusat Biaya
Pusat biaya merupakan bidang tanggung jawab yang menghasilkan suatu produk atau memberikan suatu jasa. Manajer bertanggung jawab atas pusat biaya memiliki diskresi akan kendali hanya atas penggunaan sumber daya fisik dan manusia yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Selama proses perencanaan, para manajer pusat biaya diberikan kuota produksi dan dapat berpartisipasi dalam menetapkan tujuan biaya yang realistis dan adil untuk tingkat output yang diantisipasi.
b.      Pusat Pendapatan
Manajer di pusat pendapatan hanya memiliki kendali terhadap biaya pemasaran langsung dan kinerja mereka akan diukur dalam hal kemampuan mereka untuk mencapai target penjualan yang telah ditentukan sebelumnya dalam batasan tertentu.

c.       Pusat Laba
Pusat laba adalah segmen dimana manajer memiliki kendali baik atas pendapatan maupun biaya. Diskresi yang mereka miliki terhadap biaya meliputi beban produksi dari produk atau jasa. Kinerja dari manajer pusat laba dievaluasi berdasarkan target laba yang direncanakan seperti tingkat pengembalian minimum yang diharapkan dan tingkat halangan untuk laba residual.
d.      Pusat Investasi
Manajer pusat investasi bertanggung jawab terhadap investasi dalam aktiva serta pengendalian atas pendapatan dan biaya. Mereka bertanggung jawab untuk mencapai margin kontribusi dan target laba tertentu serta efisiensi dalam penggunaan aktiva. Mereka diharapkan untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara laba yang dicapai dan investasi dalam sumber daya yang digunakan. Kriteria yang digunakan dalam mengukur kinerja mereka dan menentukan penghargaan mereka meliputi tingkat pengembalian atas aktiva, rasio perputaran dan laba residual. Karena mereka bertanggung jawab terhadap setiap aspek dari operasi, manajer pusat investasi ini dievaluasi dengan cara yang sama seperti eksekutif puncak.

B.     Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan
Riset akuntasi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan proses informasi akuntasi dan audit. Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu fenomena baru yang sebetulnya dapat ditelusuri kembali pada awal tahun 1960-an, walaupun sebetulnya dalam banyak hal riset tersebut dapat dilakukan lebih awal. Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan :
1.      Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
2.      Pengaruh dan fungsi akutansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran, karakteristik system informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan, manajer, investor, maupun wajib pajak.
3.      Pengaruh hasil dari informasi tersebut, seperti informasi akuntansi dan penggunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.

C.     Aspek-aspek perilaku dalam organisasi
Berbicara pengertian perilaku organisasi, banyak ahli memberikan definisi. Pendapat   pertama menurut  Toha (2001) bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu.
Menurut Robbin (2001) bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi.
 Studi tersebut mencakup pembahasan tentang aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia yang bekerja di dalamnya ; juga aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi dimana mereka berada.  Tujuannya adalah memperlancar upaya pencapaian tujuan organisasi.

D.     Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban
Organisasi merupakan suatu kegiatan usaha, baik itu organisasi yang menyediakan jasa maupun organisasi yang melakukan produksi, yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terlibat dalam organisasi tersebut. Dalam proses menjalankan organisasi, tidak bisa dinafikkan kalau orang - orang yang terlibat di dalamnya memiliki warna yang berbeda dan kepentingan yang berbeda pula. 
Namun dari semua perbedaan tersebut  hal yang terpenting adalah bagaimana agar semua itu sesuai dengan visi dan misi organisasi oleh karena itu dibutuhkan sistem pengendalaian yang baik dan dilakukan secara konsisten dan sistematis dengan tujuan untuk memperkecil bentuk-bentuk kepentingan tersebut  demi tercapainya tujuan dan kepentingan organisasi yang apabila dibawa dalam ekonomi ada yang dikatakan akuntansi keperilakuan  yang lebih terfokus pada laporan kinerja atau laporan prilaku karyawan, sebagai pengawas perusahaan atau organisasi.
Dalam akuntansi keperilakuan  yang berbicara tentang perilaku selalu berbarengan dengan akuntansi pertanggung jawawban dimana  merupakan  penjelas akuntansi perencanaan, pengukur, pengevaluasi kinerja organisasi, pemegang kendali bagi orang-orang  yang bertanggung jawab menjalankan operasi dan jawaban bagi setiap masalah umum  pada akuntansi managemen, serta merupakan komponen penting dari sistem pengendalian sebab pada laporan pertanggung jawababn mencakup semua aspek perilaku yang akan dikendalikan oleh perusahaan.
Akuntansi pertanggung jawaban  memberikan suatu kerangkah kerja yang berarti untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan pelaporan hasil kinerja operasi di sepanjang jalur pertanggung jawaban dan pengendalian, yang ditujukan untuk manusia , peran mereka serta tugas yang dibebankan kepada mereka yang merupakan penilaian terhadap kerja perusahaan dan bukan sebagai mekanisme imporsonal untuk akumulasi  dan pelaporan data secara menyeluruh.
Akuntansi pertanggung jawaban berbeda dengan akuntansi konvensional, dalam hal cara operasi direncanakan dan cara data akuntansi diklasifikasikan dan diakumulasikan. Dalam akuntansi konvensional, data diklasifikasikan berdasarkan hakikat dan fungsinya dan tdak digambarkan sebagai individu-individu yang bertanggung jawab atas terjadinya dan pengendalian terhadap data tersebut.
Sedangkan pada  akuntansi pertanggung jawaban tidaklah melibatkan deviasi  apapun dari prinsip akuntansi yang diterima secara umum, akuntansi pertanggung jawaban meningkatkan relefansi dan informasi akuntansi dengan menetapkan  suatu kerangka untuk perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan yang sesuai dengan struktur organisasi dan hirarki pertanggungjawaban dari suatu perusahaan.
Akuntansi pertanggung jawaban melaporkan baik siapa yang menjalankan uang tersebut maupun apa yang dibeli oleh uang tersebut. Olehnya itu sangat pantas bila pada akuntansi pertanggung jawaban dilibatkan  dimensi manusia pada perencanaan, akumulasi data dan pelaporan. Akuntansi pertanggung jawaban memperkecil penyelewengan dana  karena biaya dianggarkan dan diklasifikasikan sepanjang garis tanggungjawaban, sehingga dengan begitu laporan yang diterima oleh pihak manager segman sangat sesuai untuk mengevaluasi kinerja dan alokasi penghargaan.
Bisa dikatakan bahwa akuntansi pertanggung jawaban merupakan salah satu kajian dalam ilmu akuntasi yang lebih memfokuskan  diri aspek tanggungjawab dari satu atau lebih anggota organisasi atas suatu pekerjaan , bagian atau segmen tertentu. Akuntansi pertanggung jawban juga melibatkan aspek keperilakuan dari anggota organisasi . yang menyebabkan akuntansi pertanggung jawaban dapat dipandang  sebagai alat pengendali bagi organisasi. Kinerja setiap individu, kelompok, maupun devisi dapat dijelaskan dari laporan yang diungkapkan dalam akuntansi pertanggung jawaban.
Oleh karena itu aspek-aspek keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam implememntasi akuntansi pertanggung jawaban. Masalah-masalah yang terkait dengan keprilakuan dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat berdampak serius bagi individu  dan organisasi. Perilaku menyimpang  dari yang diharapkan, rendahnya motifasi dan tidak layaknya para menejer pusat pertanggungjawaban adalah contoh - contoh  dari gagalnya pusat pertanggung jawaban untuk mengakomodasi aspek-aspek keprilakuan secara tepat.
Sistem pengendalian pada setiap perusahaan harusnya tidak  hanya melihat perilaku menyimpangnya tapi juga harus mencari tahu kenapa hal tersebut muncul dan menjadi wabah pada tiap karyawan, adanya penyimpangan mengisyaratkan adanya ketidak puasan, hal ini merupakan gejala yang menghasilkan gejala baru dan tidak bisa dinafikkan ketika terjadi ketidakpuasan maka akan muncul reaksi baru yang juga memunculkan ketidak puasan baru.
Salah satu faktor penyebab pembangkangan para karyawan dikarenakan tidak sesuainya tenaga dengan hasil yang mereka peroleh, memang sangat betul motifasi  tiap karyawan merupakan salah satu solusi dari penyimpangan tersebut namun yang jadi masalah betul tidak motifasi tersebut sesuai dengan kebutuhan yang mereka harapkan, dan betul tidak hal tersebut bisa menumbuhkan semangat kerja mereka.
Seharusnya sistem pengendalian melihat semuanya itu tidak hanya mengharap kinerja yang baik yang nantinya akan dibawa dalam laporan pertanggung jawaban tapi juga harus menjadi solusi dari penyimpangan tersebut. Kalau memang sistem pengendalian dan fungsi dari pada akuntansi pertanggung jawaban bisa terlaksana dengan optimal maka kesenjangan ekonomi tidak perlu lagi dicari solusinya bila gaji karyawan dinilai berdasarkan kinerja maka keadilan kaum buruh bukan menjadi mimpi lagi, tapi yang menjadi masalah kenapa sampai sekarang kesenjangan ekonomi antara kaum buruh masih sangat terlihat jelas dan keadilan terhadap kaum buruh masih menjadi mimpi indah yang selalu menjadi harapan palsu.
Bila segala sesuatunya betul-betul dinilai berdasarkan kinerja maka dengan sendirinya akan memotifasi tiap karyawan dan atasan untuk bekerja lebih baik  dan pasti visi dan misi perusahaan akan menjadi tujuan bersama karena ada motifasi berupa penghargaan yang mendorong untuk bekerja lebih giat, sebab tidak bisa dinafikkan  segalah bentuk kecurangan, kemalasan dan hal - hal yang menyimpang lainya itu muncul karena adanya kekecewan yang berarti pengendalian terhadap karyawan itu tidak terlaksana secara optimal, meskipun optimal belum menjamin para karyawan akan bekerja sesuai kebutuhan perusahaan karena tidak ada kepuasan yang diterima oleh karyawan, harusnya akuntansi pertanggung jawaban menjadi ukuran tinggi rendahnya gaji karyawanm dan tidak hanya berfokus pada arus kas perusahaan dan penilaian terhadap kinerja tanpa imbalan yang berarti.
Sangat tidak adil ketika disisi lain perusahaan mengharapkan kinerja yang baik dari para karyawan namun pada akhirnaya balasan dari hal tersebut hanyalah berupa pujian dan bonus yang hanya sesekali diterima sedangkan para kaum guru hampir tiap hari memberikan laba dari peningkatan kinerja produksi para karyawan, bisa saya katakan akuntansi pertanggung jawaban dan sistem pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan justru menjadi bentuk nyata  penindasan, dan eksploitasi nyata bagi kaum buruh yang hanya bertujuan untuk peningkatan bagi kaum elit yang selalu menindas kaum lemah.

E.      Kesesuaian Antara Jaringan Pertanggungjawaban dan Struktur Organisasi (Coincidence Between Responsibility Network And Organizational Structure)
Akuntansi pertanggungjawaban berasumsi bahwa kendali organisatoris diingkatkan dengan menciptakan suatu jaringan dari tanggungjawab memusat yang bersamaan dengan struktur organisasi formal.
Top manajemen mendelegasikan dan memberikan otoritas kepada manajer dibawahnya berdasarkan hirarki organisasi yang menugaskan otoritas dan tanggungjawab untuk tugas-tugas spesifik. Ketika otoritas ditugaskan kepada para manajer, mereka mempunyai wewenang untuk bertindak secara resmi dalam lingkup pendelegasian mereka dan untuk mempengaruhi bawahan mereka.
Pusat pertanggungjawaban adalah dasar untuk menyusun sistem akuntansi pertanggungjawaban keseluruhan, kerangka untuk itu harus didesain secara hati-hati. Struktur organisasi harus dianalisa dari kelemahan pendelegasian tugas dan wewenang.
F.      Asumsi Keprilakuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban
Rencana pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan semuanya berdasarkan pada asumsi operasi dan prilaku manusia, termasuk :
1.      Management By Exception (MBE) / Manajemen berdasarkan perkecualian yaitu adanya kecukupan kontrol operasi yang efektif.
MBE sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas organisasi, manajer harus berkonsentrasi pada deviasi anggaran atau tujuan dasar. Karakteristik laporan periodik dari akuntansi pertanggungjawaban yang ideal adalah menggambarkan manajemen dalam area deviasi dari aturan yang telah ditentukan dan termasuk menentukan tindakan perbaikan untuk penguatan atau perbaikan perilaku.
Manajemen berdasarkan perkecualian mengasumsikan bahwa untuk mengelola dan mengendalikan aktivitas organisasi dengan paling efektif, manajer sebaiknya mengonsntrasikan perhatian mereka pada bidang – bidang dimana hasil aktual menyimpang secara substansional dari tujuan yang dianggarkan atau standar
Hal diatas mengasumsikan bahwa untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan organisasi secara efektif, manajer hanya perlu memusatkan perhatiannya pada wilayah dimana hasil nyata berbeda dengan target atau standar anggaran. Sayangnya, hanya perbedaan yang tidak diinginkan dan titik masalah yang telah jelas yang menerima perhatian segera. Oleh karena itu, pusat tanggung jawab seringkali menganggap laporan kinerja sebagai alat yang menekankan kegagalan.
Manajer tingkat bawah cenderung melihat laporan semacam ini sebagai hukuman dan bukan sebagai informasi. Untuk mengubah pandangan semacam ini, maka sistem penghargaan perusahaan haruslah mensejajarkan pencapaian target dengan kinerja sukses.

2.      Management By Objective (MBO) / Manajemen berdasarkan tujuan
Dalam akuntansi pertanggungjawaban, manajemen mengontrol dirinya sendiri. Disini orang – orang melakukan tugas sendiri sebab mereka percaya mereka mampu mengarahkan sendiri dalam pekerjaan mereka. MBO memberi fasilitas kepada manajer dan bawahannya untuk memformulasikan tujuan dan aktivitas untuk pusat pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban menyediakan kerangka yang ideal untuk memformulasikan tujuan secara detail.
Akuntansi pertanggungjawaban memfasilitasi management by objective. Hal ini merupakan pendekatan manajemen yang dirancang untuk mengatasi keslahan tanggapan manusiawi yang yang sering timbul oleh usaha untuk mengendalikan operasi berdasarkan dominasi. Sebagai sebuah cara pengendalian manajemen, MBO memfasilitasi keinginan untuk tidak didominasi dengan memberi manajer dan bawahannya sebuah kesempatan untuk secara bersama merumuskan pencapaian dan kegiatan bagi pusat tanggung jawab masing – masing.

3.      Coincidence Between Responsibility Network And Organizational Structure / Kesesuaian antara jaringan pertanggung jawaban dan struktur organisasi
Akuntansi pertanggungjawaban mengasumsikan pengendalian organisasi ditingkatkan melalui penciptaan sebuah jaringan pusat tanggungjawab yang selaras dengan struktur organisasi. Niat manejemen tingkat atas untuk mendelegasikan dijelaskan melalui hierarki kewenangan atau struktur organisasi. Namun demikian, banyak organisasi yang dilanda kelemahan yang hebat mengenai delegasi. Hal ini berakibat pada usaha saling melewati tugas dan tanggung jawab.
Karena pusat pertanggung jawaban merupakan dasar dari keseluruhan sitem akuntansi pertanggung jawaban, kerangka kerja untuk seharusnya di desain secara hati-hati. Struktur organisasi harus di analisis terhadap kelemahan dalam pendelegasian dan penyebaran.

4.      Acceptance of Responsibility / Penerimaan tanggung jawab
Unsur yang terpenting dalam keberhasilan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban menerima tanggungjawab dan tugas yang diberikan kepadanya dengan layak dan kesediaan mereka melaksanakannya.
Para manajer akan merasa bersedia menerima tugas dan tanggungjawab tersebut dengan baik jika mereka merasa dibutuhkan secara fisik dan sumber daya. Mereka akan melaksanakannya dengan baik jika budaya organisasi dimana tempat mereka menjalankan tugas memberikan kebebasan untuk melaksanakan tugas dengan cara-cara mereka sendiri. Budaya organisasi yang ada juga harus dapat memberikan toleransi jika mereka mengalami kegagalan. Dan para manajer hendaknya diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan pandangan mereka sendiri tanpa adanya rasa takut.
Ketika sistem akuntansi pertanggungjawaban mengukur keberhasilan mereka atau kegagalan mereka, ada suatu kepercayaan bahwa mereka diawasi dan dikendalikan oleh para atasannya. Penentuan pencapaian sasaran yang dihubungkan dengan akuntansi pertanggungjawaban akan meningkatkan komunikasi diantara mereka dengan terbuka, dan mereka dapat menentukan ukuran dan strategi yang hendak dicapai.
Oleh karena itu hal yang paling menentukan dalam sistem akuntansi tanggung jawab adalah penerimaan dari manajer tanggung jawab atas tanggung jawab yang dilimpahkan secara adil serta keinginannya untuk tetap dijaga akuntabilitasnya. Keinginan manajer untuk menerima tanggung jawab bergantung atas bagaimana mereka mempersepsikan penentuan dan pengendalian atas manusia dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.

5.      Capability of Inducing Cooperation / kapasitas untuk mendorong kerja sama
Akuntansi pertanggungjawaban mampu meningkatkan kerjasama organisasi yang memperlihatkan para manajer bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Akuntansi pertanggungjawaban juga menunjukan tingkat loyalitas mereka, kemampuan mereka dalam membuat keputusan mereka sendiri di dalam kerangka tanggungjawab yang didelegasikan kepada mereka. Mereka merasa menjadi bagian penting dalam organisasi sehingga mereka merasa dihargai dan akan bersama-sama mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Semangat kerjasama mereka akan tercipta dan meningkat dan menyakinkan mereka bahwa mereka sedang mencapai tujuan yang dirumuskan bersama. Mereka merasa menjadi sesuatu hal yang penting, dan tentu saja mereka akan berpikir bahwa jika terjadi kegagalan tentulah akan mempengaruhi masa depan.
Akuntansi pertanggung jawaban meningkatkan kerja sama organisasional dengan menunjukkan kepada manajer bagaimana aktifitas merka sesuai dengan gambaran keseluruhan dan bahwa setiap orang bekerja untuk tujuan bersama. Akuntansi pertanggungjawaban memperbaiki kerjasama organisasi dengan menunjukkan manajer dimana kegiatan mereka dan juga semua bekerja menuju tujuan bersama.Hal ini juga meningkatkan loyalitas, percaya diri, dan perasaan untuk merasa penting. Jiwa kerjasama yang ditimbulkan akan meningkat karena mereka akan percaya bahwa mereka bekerja menuju tujuan bersama dan sebagai sebuah bagian penting dari organisasi.

G.     Korelasi Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban Dengan Struktur Organisasi
Untuk berfungsinya dengan memadai, pusat pertanggungjawaban seharusnya serupa mungkin dengan struktur organisasi. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam mendisain struktur organisasi dan membebankan tanggungjawab bervariasi dari perusahaan ke perusahaa bergantung pada pemilihan manajemen puncak dan gaya kepemimpinan. Berbagai pendekatan tersebut dapat dklasifikasikan sebagai struktur vertikal dan horizontal. (Lubis 2010).
Selanjutnya kaitannya dengan pertanggungjawaban, Siegel (1989), menyatakan pendekatan yang digunakan untuk mendesain struktur organisasi dan pemberian tanggungjawab pada perusahaan tergantung kepada pilihan manajemen puncak dan gaya kepemimpinan. Beberapa struktur organisasi meliputi :
1.      Vertical Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan fungsi-fungsi yang ada. Misalnya terdapatnya fungsi produksi, penjualan, dan keuangan. Masing-masing fungsi yang ada dapat dibagi dalam beberapa pusat pertanggungjawaban. Fungsi produksi menggunakan cost center, fungsi penjualan menggunakan revenue center, sedangkan top manajemen berfungsi sebagai control dan pembuat kebijakan terhadap investasi.
2.      Horizontal Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan area geografis. Setiap pimpinan bagian melakukan control terhadap pusat laba ataupun investasi. Mereka bertanggungjawab terhadap produksi, penjualan, dan keuangan dan semua fungsi yang ada di grup/wilayah masing-masing.
Akuntansi pertanggungjawaban sebagai kontrol perusahaan dengan diciptakannya jaringan kerja yang bersamaan dengan struktur organisasi. Top manajemen membaginya dalam struktur organisasi dan ditetapkan otoritas dan pertanggungjawabannya. Setiap manajer pusat pertanggungjawaban hendaknya berusaha untuk mengendalikan berbagai aktivitas yang berada dibawahnya dan mengkomunikasikannya kepada bagian yang terkait.



BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu kajian dalam akuntansi yang lebih memfokuskan diri pada aspek-aspek tanggung jawab dari satu atau lebih anggota organisasi atas suatu pekerjaan, bagian, atau segmen tertentu. Tidak hanya hal itu saja, akuntansi pertanggungjawaban juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari anggota organisasi. Hal ini disebabkan karena akuntansi pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai alat pengendalian bagi organisasi. Masing-masing individu, kelompok, maupun divisi dapat dijelaskan kinerjanya dari laporan-laporan yang diungkapkan dalam akuntansi pertanggungjawaban. Oleh karena itu, aspek­aspek keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam implementasi akuntansipertanggungjawaban.
                Permasalahan yang terkait keperilakuan dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat berdampak serius, baik bagi individu maupun organisasi. Perilaku menyimpang dari yang apa diharapkan, rendahnya motivasi, dan tidak layaknya para manajer pusat pertanggungjawaban adalah contoh-contoh dari dampak yang dihasilkan akibat gagalnya pusat pertanggungjawaban untuk mengakomodasi aspek-aspek keperilakuan secara tepat. Dengan demikian, aspek keperilakuan menjadi aspek penting lain di samping aspek perancangan jaringan pusat pertanggungjawaban.

B.     Saran
Kepada mahasiswa agar dalam proses perkuliahan dengan sistem diskusi ini memiliki literatur dari sumber yang berbeda sehingga dapat kita bandingkan dan nantinya mungkin akan menghasilkan sebuah teori baru yang berguna bagi dunia akuntansi secara global, selain itu hal ini juga mengasah wawasan para mahasiswa untuk menjadi semakin berkembang dan luas cakupan pengetahuannya.

















DAFTAR PUSTAKA





Kamis, 02 November 2017

KEWIRAUSAHAAN (PERLINDUNGAN USAHA)



Dosen :                                                                                                   Mata Kuliah :
DRA. HJ. HERLINDA, MA                                                                KEWIRAUSAHAAN


PERLINDUNGAN USAHA



Nama kelompok:
Poppy Andriyani
Rizka Maulita


JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR

Basmallah 4
Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan  dalam  menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perlindungan Usaha”
Makalah  ini disusun agar pembaca dapat mengetahui  tentang “Perlindungan Usaha” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Tak lupa pula kami mengucapkan  terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan teman-teman yang telah  memberi kontribusi baik secara langsung mupun tidak langsung.
Semoga makalah  ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah yang lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.


                                                                                          Pekanbaru, 3 Oktober 2017




                                                                                                                              Penulis
                                                                                                                                                 



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................         i
DAFTAR ISI...........................................................................................         ii
BAB I    PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang....................................................................         1
1.2  Rumusan Masalah...............................................................         1
1.3  Tujuan..................................................................................         1
BAB II   PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Informasi Manufaktur............................          3
2.2 jenis-jenis Model dari Sistem Informasi Manufaktur...........         3
2.3 Model Sistem Informasi Manufaktur...................................         5
2.4 Komputer Sebagai Sistem Informasi....................................         8
2.5 Komputer berperan dalam Sistem Informasi Manufaktur....        10
2.6 Contoh beserta Kelebihan dan Kekurangan SIM................         11
BAB III PENUTUP
3.1.  Kesimpulan...............................................................................        14
3.2  Saran...........................................................................................        14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................         15

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Perlindungan Usaha
Salah satu yang menjadi momok bagi pengusaha adalah risiko kerugian terhadap jiwa dan hartanya. Jiwa dan hartanya. Kerugian ini sering terjadi tanpa diduga sebelumnya. Risiko kerugian dapat terjadi dan mengancam nyawa atau jiwa seseorang, misalnya menyebabkan kematian atau cacat seumur hidup. Selain itu risiko kerugian jugta dapat mengancam harta benda pengusaha tersebut, seperti risiko kehilangan, kerusakan, kebakaran, dan kerugian lainnya. Risiko-risiko ini pada akhirnya akan menelan biaya besar dan membuat kehidupan usaha menjadi bangkrut.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam melakukan usaha selalu ada risiko kerugian. Jadi hal ini sebenarnya tidak perlu ditakutkan selama kita mampu meminimalkan risiko tersebut. Sulit memang untuk menghilangkan segala risiko seperti yang diatas. Akan tetapi yang penting bagaimana risiko daapat kita meminimalkan dengan berbagai cara. Agar risiko yang kalau pun terjadi tidak sebesar dengan yang sesungguhnya jika dikelola dengan baik. Artinya risiko yang akan terjadi dapat diminimalkan atau dihilangkan.
Pengusaha yang baru atau pengusaha yang dikategorikan tidak terlalu besar omsetnya, kadang-kadang menghadapi masalah dengan ketidak tahuan akan arti risiko atau sebagian memandang enteng terhadap risiko yang bakal dihadapi. Padahal terjadinya risiko kerugian ini tidak memandang sasaran, siapapun orangnya dapat saja mengalami, misalnya risiko kebakaran, kerusakan, atau kehilanga
Dalam praktiknya risiko dapat terjadi karena dua hal, yaitu:
1.      Karena ada unsur sengaja yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, misalnya oleh karyawan atau oleh pihak-pihak yang tidak suka kepada perusahaan kita seperti masyarakat umum atau pesaing.
2.      Resiko karena tidak sengaja, seperti terjadei kebakaran, kehilangan, kerusakan, atau kejadian alam. Untuk risiko yang tidak sengaja memang agak sulit untuk dikendalikan karena terjadinya tidak dapat kita prediksi sebelumnya.
Agar segala risiko di atas dapat dihindarkan dan kerugian dapat diminimalkan, usaha yang kita jalankan, baik jiwa maupun harta yang etrkandung yang terkandung di dalamnya, perlu diberikan payung perlindungan. Payung ini akan mampu mengganti, secara maksimal atas resiko kerugian yang akan diderita. Tanpa payung pelindungan,  kita tidak akan mendapat penggatian apapun atau dengan kata lain akan rugi total.
Payung untuk melindungi usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut:
1.      Menetapkan prosedur atau tata tertib kerja.
Dengan mematuhi dan melaksanakan segala prosedur dan tata tertib kerja secara disiplin oleh seluruh karyawan, kemungkinan terjadi kesalahan dapat diperkecil. Hal ini berarti dapat meminimalkan risiko kerugian.
2.      Menyediakan alat pengamanan
Perusahaan hendaknya menyiapkan alat bantu bagi seluruh karyawan agar bila terjadi sesuatu, fungsi alat ini dapat melindungi karyawan dan harta perusahaan dari risiko kerugian, misalnya perusahaan perlu menyiapkan alat pemadam kebakaran.
3.      Meminta pertanggungan perusahaan asuransi
Perusahaan hendaknya mengasuransikan karyawan, harta, dan seluruh kegiatan perusahaan kepada pihak asuransi tertentu.
2.2.Jenis-jenis risiko kerugian
Dalam menjalankan suatu usaha ada berbagai jenis risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan. Masing-masing risiko memiliki tingkat kerugian tersendiri. Besar kecil risiko yang akan dihadapi diukur dari tingkat kerusakan dari harta benda yang dimiliki. Hanya saja, kepastian akan terjadi atau tidaknya resiko tersebut sulit diukur.
Dalam kenyataan risiko yang akan dihadapi oleh seorang pengusaha adalah sebagai berikut:
1.         Risiko jiwa
2.         Risiko kehilangan harta
3.         Risiko kerusakan harta
4.         Risiko penggantian kepada pihak lain, dan;
5.         Risiko lainnya
Risiko jiwa artinya jiwa pengusaha dan seluruh karyawannya akan terancam pada saat mereka melakukan pekerjaan (sedang bekerja). Risiko jiwa yang dapat terjadi antara lain kecelakaan dalam melakukan tugas akibat penggunaan mesin, tersengat listrik, tertabrak kendraan adi jalan atau menabrak orang atau benda pada saat membawa kendaraan, terbakar, tenggelam, dan risiko jiwa lainnya. Risiko jiwa ini dapat membuat orang enjadi cacat sementara, cacat seumur hidup, atau menyebabkan kematian.
Risiko kehilangan harata perusahaan maksudnya kemungkinan harta milik perusahaan hilang karena kecurian, tenggelam, terbakar, atau kelalaian lainnya. Faktor kecurian dapat terjadi pada peralatan, hasil produksi, sarana transportasi seperti mobil, atau kehilangan barang muatan karena tenggelam, kehilangan sejumlah harta karena terbakar, dan berbagai bentuk kehilangan lainnya seperti, kesalahan dalam penyetoran, pemabyaran, atau akibat kesalahan pencatatan keungan.
Risiko kerusakan harta dapat juga disebabkan oleh, berbagai hal sehingga merugikan perusahaan. Kerusakan harta dapat terjadi karena kebakaran atau kebanjiran yang menyebabkan kerusakan kualitas atau nilai harta tersebut.
Risiko kerusakan harta lainnya dapat pula terjdi akibat pengangkutan atau kelalaian karywan karena proses produksi. Semakin banyak kerusakan, semakin besar pula tingkat kerugian yang diderita perusaahan.
Risiko keopada pihak lain merupakan risiko, yang disebabkan oleh perusahaan, dalam hal ini karyawan yang menyebabkan pihak lain menderita kerugian. Misalnya, karyawan perusahaan (sopir) menabrak orang lain yang mengakibatkan kerugian dipihak lain, baik jiwa ataupun harta benda. Risiko ini dapat pula timbul karena terlambat melakukan pengiriman barang kepada pihak pelanggan (tidak tepat waktu). Orang atau benda yang Orang atau benda yang mengalami akerugian patut dan wajib mendapatkan ganti rugi dari perusahaan.
Pihak asuransi biasanya mengklasifikasikan suatu resiko dalam  jenis, berikut:
1.         Risiko Murni
Risiko murni adalah ketidakpastian terjadinya sesuatu kerugian atau ada peluang merugi atas harta atau jiwa perusahaan. Risiko seperti ini misalnya rumah terbakar, mobil tertabrak, muatan kapal tenggelam, atau risiko murni lainnya.


2.         Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif terjadi atas dua kemungkinan, yaitu adanya peluang untuk memperoleh keuntungan dan adanya peluang untuk menderita kerugian.
3.         Risiko Individu
Risiko individu adalah risiko yang ditanggung oleh pribadi seseorang. Risiko jenis ini terdiri dari tiga jenis berikut:
a.       Risiko pribadi, misalnya menderita sakit sehingga memerlukan biaya pengobatan,risiko kehilangan pekerjaan akibat kelalaian pegawai tersebut, akibat perusahaan bangkrut, atau karyawan tersebut meninggal dunia.
b.      Risiko harta, misalnya kehilangan harta benda karena dicuri atau risiko rusaknya harta tersebut sehingga mengurangi atau bahkan menghilangkan nilai harta tersebut.
c.       Risiko tanggung gugat adalah risiko menanggung kerugian seseorang. Sebagai contoh, kelalaian karyawan dalam mengendarai kendaraan dijalan sehingga menyebabkan orang tertabrak. Karena kesalahan karyawan tersebut, mau tak mau perusahaan atau pribadi harus mengganti kerusakan atau kerugian pihak yang tertabrak.
2.3.Cara melindungi Usaha
Risiko yang akan dihadapi perusahaan dapat terjadi setiap saat, baik risiko yang sudah dapat diprediksim(diramalkan) mau pun yang belum. Agar perusahaan tidak mengalami kerugian yang besar, risiko ini perlu memperoleh perlindungan. Perlindungan untuk kasus penggantian terhadap risiko yang mungkin timbul dapat dilakukan dengan mengasuransikannya kepada pihak asuransi. Dengan memberikan perlindungan risiko besarnya risiko kerugian dapat diminimalkan.
Asuransi yang berasal dari bahasa inggirs insurance adalah menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin terjadi, sedangkan kata asurance berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi.
Sementara itu, pengertian menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1992 yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengingatkan diri  kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau utuk memberikan sesuatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya sseseorang yang dipertanggungkan.
Kegiatan pertanggungan ini akan menyebabkan  tertanggung (nasabah) untuk membayar sejumlah premi kepada pihak asuransi (penanggung). Besarnya premi dibayar tertanggung ditaksir lebih dulu atau diperhitungkan dengan nilai risiko yang akan dihadapi, semakin besar risiko yang akan dihadapi semakin besar pula premi yang dibayar dan demikian pula sebaliknya.
Setiap perjanjian asuransi akan tertuang dalam polis asuransi. Didalam polis tersebut dimuat syarat-syarat, hak, dan kewajiban masing-masing pihak. Selain itu juga dimuat jumlah uang yang akan dipertanggung kan, jangka waktu asuransi, dan ditandatangani oleh kedua pihak.
Dalam praktiknya terdapat berbagai jenis asuransi yang dapat dipilih oleh perusahaan. Pemilihan jenis asuransi tergantung dari jenis pertanggungan yang diinginkan.
Berikut ini jenis-jenis asuransi yang ada di Indonesia
1.      Dilihat dari segi fungsinya
a.      Asuransi Kerugian (non life insurance)
-          Asuransi kebakaran, merliputi kebakaran, peledakan, petir, kecelakaan pesawat terbang.
-          Asuransi pengangkutan
-          Asuransi aneka, termasuk asuransi kebakaran bermotor, kecelakaan, pencurian, dan lainnya.
b.      Asuransi jiwa (life insurance)
-          Asuransi berjangka
-          Asuransi tabungan
-          Asuransi seumur hiidup
c.       Reasuransi (Reinsurance)
2.      Dilihat dari segi kepemilikan
a.       Milik pemerintah
b.      Milik swasta nasional
c.       Milik asing
d.      Milik campuran

Ada beberapa tujuan atau keuntungan yang dapat dinikmati dari mengasuransikan karyawan dan harta milik seluruh perusahaan. Tujuan utamanya adalah melindungi karyawan dan harta perusahaan dari risko jeriguian dan menjaga masa depan perusahaan.
Adapun tujuan yang diinginkan oleh perusahaan asuransi kepada para klien adalah sebagai berikut:
1.                  Memberikan rasa aman
2.                  Memberikan rasa ketenangan berusaha
3.                  Merupakan simpanan yang pada saat jatuh tempo dapat di ambil
4.                  Terhindar dari risiko kerugian
5.                  Terhindar dari risiko kehilangan
6.                  Memperoleh penghasilan dimasa yang akan datang.
7.                  Memperoleh penggantian akibat kerusakan dan kehilangan milik sendiri atau milik orang lain.
Memberikan rasa aman berarti bahwa jiwa atau nyawa karyawan atau harta benda yang dimiliki perusahaan akan aman dari kerugian. Meskipun rugi dari segi jumlah, kerugian tidak sebesar jika tidak diasuransikan.
Perasaan tenang amat penting bagi siapapun yang sedang menjalankan usaha. Rasa tenang disini berarti tidak adanya kecamasan atau ketakutan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Tanpa rasa tenang, tujuan tidak dapat tercapai dengan mudah. Jadi, tujuan mengasuransikan harta benda perusahaan adalah untuk memberikan rasa tenang dalam berusaha.
Asuransi merupakan simpanan yang pada saat jatuh tempo dapat diambil berlaku untuk jenis asuransi tertentu. Misalnya, asuransi beasiswa yang memiliki jangka waktu tertentu. Setoran premi yang dibayarkan oleh seseorang akan diambil pada saat pensiun (jatuh tempo). Demikian pula dengan asuransi beasiswa dapat diambil pada saat si anak masuk Sekolah Dasar, sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, atau Perguruan Tinggi.
Asuransi dapat menghindarkan pengusaha dari risiko kerugian. Jika tidak terjadi risiko, pengusahaa hanya mengambil kerugian atas premi yang disetor. Sementara itu, bila terjadi risiko kerigian, tidak sebesar harta yang mengalami kerugian. Misalnya jika tidak diasuransikan pengusaha akan menderita kerugian 100%, tetapi dengan diasuransikan mendapat penggantian sebesar 80%, misalnya dari nilai harta yang mengalami kerusakan. Bahkan, ada usaha yang diganti 100% oleh pihak asuransi. Hal ini tergantung dari objek yang diasuransikan.
Asuransi dapat menghindarkan pengusaha dari risiko kehilangan berarti kehilangan atas nyawa atau harta benda milik perusahaan akan memperoleh pengganttian sekalipun tidak seratus persen. Paling tidak kerugian akibat kehilangan dapat diminimalkan apabila diasuransikan atau bagi mereka yang kehilangan jiwa masih memperoleh santunan untuk keluarga yang dtinggalkan guna meringankan beban keluarga yang terkena musibah.
Memperoleh penghasilan dimasa yang akan datang dapat diperoleh dari asuransi hari tua (pensiun). Dana yang dibayarkan perusahaan atau seseorang melalui premi setiap bulan akan dapat diambil oleh seseorang yang telah memasuki usia pensiun, misalnya 55 tahun.
Memperoleh penggantian akibat kerusakan dan kehilangan milik sendiri maupun milik orang lain berarti apabila terjadi kerusakan atau kehilangan barang, perusahaan akan memperoleh penggantian. Demikian juga jika kerusakan terjadi pada orang lain akibat perbuatan kita seperti menabrak harta benda atau jiwa, seeorang juga akan memperoleh penggantian.

2.4.Cara Menghindari Risiko Kerugian
Risiko kerugian selalu ada dan relatif sulit untuk dihindari, namun bukan berarti tidak dapat dihindari sama sekali. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa risiko terjadi karena dua sebab. Pertama karena unsur kesengajaan dan kedua unsur ketidaksengajaan. Selalu ada celah untuk menghindari terjadinya kedua unsur risiko tersebut.
Banyak cara untuk menghindari risiko kerugian. Berikut ni ada beberapa cara sebagai payung untuk melindungi usaha dari risiko kerugian, yaitu dengan cara:
1.      Menetapkan prosedur dan tata tertib krja
2.      Menyediakan alat pengamanan
3.      Meminta pertanggungan asuransi
Penetapan prosedur dan tata tertib kerja berarti aturan atau langkah-langkah dalam bekerja harus benar-benar dibuat sedemikian rupa. Para karyawan yang melaksanakan pekerjaan tersebut diharuskan mematuhi prosedur dan tata tertib kerja secara disiplin. Kemudian dibentuk pula pengawas yang akan memeriksa dan mengawasi para karyawan yang menjalankan pekerjaannya agar tidak melanggar aturan dan tata tertib yang telah dibuat. Dengan demikian, diharapakan kecelakaan, terjadinya penyimpangan, atau kehilangan dapat diminimalkan.
Menyediakan alat pengamanan dimaksudkan untuk memberikan peringatan kepada seluruh pekerja bila terjadi sesuatu. Disamping berfungsi sebagai alat peringatan (seperti sirine atau kamera pengawas), alat pengaman juga berfungsi untuk memberikan pertolongan, seperti membantu memadamkan api, atau memberi oksigen. Pengamanan dalam pengangkutan udara atau air dapat dilakukan dengan memberi baju pelampung, kapal penyelamat, atau sinyal kepada pihak-pihak tertentu sehingga dapat membantu menyelamatkan dari kejadian yang tidak diinginkan.
Menerima pertaggungan asuransi bertujuan untuk menanggung kerugian yang diderita perusahaan. Dalam memeberikan jasa pertanggungan, pihak asuransi juga meminta perusahaan untuk meyediakan prosedur dan tata tertib kerja serta alat pengamanan yang standar karena perusahaan asuransi pun tidak mau menderita kerugian seperti perusahaan yang ditanggungnya.
2.5.Rangkuman
Risiko dapat terjadi karena dua faktor,yaitu :
1.      Adanya unsur kesengajaan
2.      Unsur ketiksengajaan
Risiko yang akan dihadapi oleh seorang pengusaha adalah:
1.      Risiko jiwa
2.      Risiko kehilangan harta perusahaan
3.      Risiko kerusakan harta
4.      Risiko penggantian kepada pihak lain
Pihak asuransi biasanya mengklasifikasikan suatu risiko kedalam tiga jenis yaitu:
1.      Risiko murni
2.      Risiko spekulatif
3.      Risiko individu
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1992 yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan sesuatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Tujuan yang diinginkan oleh nasabah dengan asuransi adalah:
1.      Memberikan rasa aman
2.      Memberikan rasa ketengan berusaha
3.      Merupakan simpanan
4.      Terhindar dari risiko kerugian
5.      Terhindar dari risiko kehilangan
6.      Memperoleh penghasilan dimasa yang akan datang
7.      Memperoleh penggantian akibat kerusakan dan kehilangan milik sendiri atau milik orang lain
Payung untuk melindungi usaha dari risiko adalaah:
1.      Menetapkan prosedur dan tata tertib kerja
2.      Menyediakan alat pengamanan
3.      Meminta pertanggungan asuransi

2.6.Soal untuk Diskusi
1.      Dalam menjalankan setiap usaha selalu terdapat risiko kerugian. Anda diminta untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan risiko kerugian secara lengkap dan jelas?
2.      Uraikan jenis-jenis risiko yang akan dihadapi oleh nasabah secara lengkap dengan contoh !
3.      Uraikan penyebab terjadinya risiko dalam berusaha dengan contoh yang lengkap!
4.      Jelaskan bagaimana cara menghindari atau menyelamatkan diri dari risiko yang akan dihadapi?
5.      Uraikan maksud asuransi serta manfaat dari mengasuransikan jiwa dan harta benda milik perusahaan!
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam melakukan usaha selalu ada risiko kerugian. Jadi hal ini sebenarnya tidak perlu ditakutkan selama kita mampu meminimalkan risiko tersebut. Sulit memang untuk menghilangkan segala risiko seperti yang diatas. Akan tetapi yang penting bagaimana risiko daapat kita meminimalkan dengan berbagai cara. Agar risiko yang kalau pun terjadi tidak sebesar dengan yang sesungguhnya jika dikelola dengan baik. Artinya risiko yang akan terjadi dapat diminimalkan atau dihilangkan.
Perasaan tenang amat penting bagi siapapun yang sedang menjalankan usaha. Rasa tenang disini berarti tidak adanya kecamasan atau ketakutan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Tanpa rasa tenang, tujuan tidak dapat tercapai dengan mudah. Jadi, tujuan mengasuransikan harta benda perusahaan adalah untuk memberikan rasa tenang dalam berusaha.


 

MODAL KERJA DALAM KEUANGAN SYARIAH

MODAL KERJA DALAM KEUANGAN SYARIAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembiayaan merupakan salah satu tugas po...