BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam akuntansi
keprilakuan yang berbicara tentang
perilaku selalu berbarengan dengan akuntansi pertanggung jawawban dimana merupakan
penjelas akuntansi perencanaan, pengukur, pengevaluasi kinerja
organisasi, pemegang kendali bagi orang-orang
yang bertanggung jawab menjalankan operasi dan jawaban bagi setiap
masalah umum pada akuntansi managemen,
serta merupakan komponen penting dari sistem pengendalian sebab pada laporan
pertanggung jawababn mencakup semua aspek perilaku yang akan dikendalikan oleh
perusahaan.
Akuntansi
pertanggungjawaban merupakan salah satu bidang dari akuntansi manajemen yang
dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh setiap manajer atau dengan kata
lain akuntansi pertanggungjawaban merupakan media pengendalian biaya atau
pendapatan dengan menghubungkan biaya atau pendapatan dengan tempat dimana
biaya atau pendapatan tersebut dikeluarkan atau diperoleh oleh penanggungjawab
dari tempat tersebut.
Pertanggungjawaban
merupakan kewajiban untuk melaksanakan pekerjaan yang telah ditetapkan, yang
pada dasarnya hanya dapat diterapkan pada manusia dan pertanggungjawaban ini
muncul akibat adanya hubungan antara atasan dengan bawahan. Dengan demikian,
terdapat hubungan yang erat antara struktur organisasi dan sistem akuntansi
pertanggungjawaban. Idealnya sistem akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan
dan mendukung struktur dari sebuah organisasi.
Paper ini akan
dimulai dengan penjelasan aspek-aspek perilaku dalam organisasi, akuntansi
pertanggungjawaban dan semoga paper ini dapat berguna sebagai acuan paper
lainya yang berkaitan dengan judul paper ini kedepannya.
B.
Rumusan Masalah
Makalah ini hanya membahas dalam konteks ruang lingkup “ ASPEK
PERILAKU PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN ”
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari pada paper ini adalah untuk memberikan penjelasan
kepada mahasiswa terhadap ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN”.
D.
Manfaat Penulisan
Manfaat dari pada penyusunan paper ini adalah mahasiswa mamahami
”ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN dan mampu mengaplikasikan dan
mengimplementasikan dalam kehidupan dunia kerja nantinya secara baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuntansi
Pertanggungjawaban
1.
Pengertian Akuntansi
Pertanggungjawaban
Akuntansi
pertanggungjawaban merupakan istilah yang digunakan dalam menjelaskan akuntansi
perencanaan serta pengukuran dan evaluasi kinerja organisasi sepanjang garis
pertanggungjawaban. Garis pertanggungjawaban ini meliputi pendapatan, serta
biaya-biaya.
Akuntansi
pertanggungjawaban adalah jawaban akuntansi manajemen terhadap pengetahuan umum
bahwa masalah-masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif mungkin dengan
mengendalikan orang-orang yang bertanggung jawab untuk menjalankan operasi
tersebut.
Salah satu
tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk memastikan bahwa
individu-individu pada seluruh tingkatan di perusahaan telah memberikan
kontribusi yang memuaskan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara
menyeluruh.
Menurut
H.S. Hadibroto, memberikan definisi sebagai berikut :
“Akuntansi
pertanggungjawaban adalah sistem akuntansi yang disesuaikan agar manajemen
dapat melakukan pengawasan efisiensi untuk sesuatu bagian tertentu ataupun
untuk petugas-petugas yang bertanggung jawab terhadap efisiensi biaya yang
menjadi tanggungjawab”. (1991, hlm. 6)
Berdasarkan
dari definisi di atas, maka penulis mencoba mengambil kesimpulan
bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah :
1.
Suatu sistem
akuntansi yang ada
dalam suatu organisasi berfungsi sebagai alat pengawasan
manajemen.
2.
Suatu sistem akuntansi yang menyusun
dan melaporkan pendapatan dan biaya untuk pusat pertanggungjawaban.
2.
Tujuan dan Keuntungan Akuntansi
Pertanggungjawaban
Penerapan
akuntansi pertanggungjawaban pada suatu perusahaan,terlebih dahulu harus
diketahui apa yang menjadi tujuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban itu
sendiri.
Menurut Robert N. Anthony dan Roger H. Hermanson (2001: 57) dikemukakan
bahwa Tujuan Akuntansi pertanggungjawaban adalah membebani pusat
pertanggungjawaban dengan biaya yang dikeluarkannya.
Berdasarkan
tujuan-tujuan yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
Akuntansi Pertanggungjawaban adalah mengadakan evaluasi hasil kerja suatu pusat
pertanggungjawaban untuk meningkatkan operasi-operasi perusahaan di waktu yang
akan datang. Keuntungan dari akuntansi pertanggungjawaban adalah individu dalam
organisasi ikut berperan serta dalam mencapai sasaran perusahaan secara efektif
dan efisien.
3.
Fungsi Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban menurut fungsinya
adalah sebagai alat penilaian kinerja dan memberikan atau menghasilkan arus
balik sehingga operasi diwaktu yang akan datang dapat ditingkatkan.
a.
Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan
b.
Penilaian Kinerja Pusat Biaya
c.
Penilaian Kinerja Pusat Laba
d.
Penilaian Kinerja Pusat Investasi
4.
Kegunaan Akuntansi
Pertanggungjawaban bagi manajemen
1.
Informasi akuntansi
pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan anggaran.
Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan
peran dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan
anggaran diterapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagian
aktivitas pencapaian sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang
disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran
perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi
akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika
tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mengukur berbagai nilai
sumber daya yang disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian,
anggaran yang berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur nilai
sumber daya yang disediakan selama tahun anggaran bagi manajer yang diberi
peran untuk mencapai sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran,
informasi akuntansi pertanggungjawaban berfungsi sebagai alat pengiriman peran
kepada manajer yang diberi peran dalam pencapaian sasaran perusahaan.
2.
Informasi akuntansi
pertanggungjawaban sebagai penilaian kinerja manajer pertanggungjawaban.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang
penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena
informasi tersebut menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang
bertanggung jawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat
dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan
pendapatan dan atau biaya yang menjadi tanggung jawabnya, dan kemudian
menyajikan informasi realisasi pendapatan dan atau biaya tersebut menurut
manajer yang bertanggung jawab. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban
mencerminkan skor yang dibuat untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam
mencapai sasaran perusahaan.
3.
Informasi akuntansi
pertanggungjawaban memungkinkan pengelolaan aktivitas.
Manajemen memerlukan pemisahan aktivitas penambahan dan bukan
penambah nilai dan identifikasi sumber daya yang dikonsumsi oleh kedua tipe
aktivitas tersebut. Dengan menyajikan informasi biaya yang dipisahkan ke dalam
biaya penambah dan bukan penambah nilai, manajemen dapat :
a.
Memperoleh informasi biaya bukan penambah
nilai yang menggambarkan besarnya pemborosan yang sekarang dialami oleh
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
b.
Memperoleh biaya-biaya bukan
penambah nilai yang memungkinkan mereka memusatkan pengendalian mereka terhadap
aktivitas bukan penambah nilai.
c.
Memperoleh informasi biaya-biaya
penambah nilai yang memungkinkan mereka melakukan penyempurnaan efisiensi
aktivitas penambah nilai.
5.
Jenis-jenis Tingkat
Pertanggungjawaban
pusat pertanggungjawaban individu berfungsi sebagai kerangka kerja
untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja dari manajer segmen. Pusat
pertanggungjawaban dikelompokkan kedalam empat kategori, yang masing-masing
mencerminkan rentang dan diskresi atas pendapatan dan/atau biaya serta lingkup
pengendalian dari manajer yang bertanggung jawab.
a.
Pusat Biaya
Pusat biaya merupakan bidang tanggung jawab yang menghasilkan suatu
produk atau memberikan suatu jasa. Manajer bertanggung jawab atas pusat biaya
memiliki diskresi akan kendali hanya atas penggunaan sumber daya fisik dan
manusia yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
Selama proses perencanaan, para manajer pusat biaya diberikan kuota produksi
dan dapat berpartisipasi dalam menetapkan tujuan biaya yang realistis dan adil
untuk tingkat output yang diantisipasi.
b.
Pusat Pendapatan
Manajer di pusat pendapatan hanya memiliki kendali terhadap biaya
pemasaran langsung dan kinerja mereka akan diukur dalam hal kemampuan mereka
untuk mencapai target penjualan yang telah ditentukan sebelumnya dalam batasan
tertentu.
c.
Pusat Laba
Pusat laba adalah segmen dimana manajer memiliki kendali baik atas
pendapatan maupun biaya. Diskresi yang mereka miliki terhadap biaya meliputi
beban produksi dari produk atau jasa. Kinerja dari manajer pusat laba
dievaluasi berdasarkan target laba yang direncanakan seperti tingkat
pengembalian minimum yang diharapkan dan tingkat halangan untuk laba residual.
d.
Pusat Investasi
Manajer pusat investasi bertanggung jawab terhadap investasi dalam
aktiva serta pengendalian atas pendapatan dan biaya. Mereka bertanggung jawab
untuk mencapai margin kontribusi dan target laba tertentu serta efisiensi dalam
penggunaan aktiva. Mereka diharapkan untuk mencapai keseimbangan yang sehat
antara laba yang dicapai dan investasi dalam sumber daya yang digunakan.
Kriteria yang digunakan dalam mengukur kinerja mereka dan menentukan
penghargaan mereka meliputi tingkat pengembalian atas aktiva, rasio perputaran
dan laba residual. Karena mereka bertanggung jawab terhadap setiap aspek dari
operasi, manajer pusat investasi ini dievaluasi dengan cara yang sama seperti
eksekutif puncak.
B.
Perkembangan Sejarah Akuntansi
Keperilakuan
Riset akuntasi
keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan dengan
perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan
dengan proses informasi akuntasi dan audit. Riset akuntansi keperilakuan
merupakan suatu fenomena baru yang sebetulnya dapat ditelusuri kembali pada
awal tahun 1960-an, walaupun sebetulnya dalam banyak hal riset tersebut dapat
dilakukan lebih awal. Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang
berhubungan dengan :
1.
Pembuatan keputusan dan pertimbangan
oleh akuntan dan auditor.
2.
Pengaruh dan fungsi akutansi seperti
partisipasi dalam penyusunan anggaran, karakteristik system informasi, dan fungsi
audit terhadap perilaku baik karyawan, manajer, investor, maupun wajib pajak.
3.
Pengaruh hasil dari informasi
tersebut, seperti informasi akuntansi dan penggunaan pertimbangan dalam
pembuatan keputusan.
C.
Aspek-aspek perilaku dalam
organisasi
Berbicara
pengertian perilaku organisasi, banyak ahli memberikan definisi. Pendapat pertama menurut Toha (2001) bahwa yang dimaksud perilaku
organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia
dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu.
Menurut Robbin
(2001) bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki
dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan
maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi.
Studi tersebut mencakup pembahasan tentang
aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia yang bekerja
di dalamnya ; juga aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap
organisasi dimana mereka berada.
Tujuannya adalah memperlancar upaya pencapaian tujuan organisasi.
D.
Aspek Keperilakuan pada Akuntansi
Pertanggungjawaban
Organisasi
merupakan suatu kegiatan usaha, baik itu organisasi yang menyediakan jasa
maupun organisasi yang melakukan produksi, yang dilakukan oleh sekelompok orang
yang terlibat dalam organisasi tersebut. Dalam proses menjalankan organisasi,
tidak bisa dinafikkan kalau orang - orang yang terlibat di dalamnya memiliki
warna yang berbeda dan kepentingan yang berbeda pula.
Namun dari
semua perbedaan tersebut hal yang
terpenting adalah bagaimana agar semua itu sesuai dengan visi dan misi
organisasi oleh karena itu dibutuhkan sistem pengendalaian yang baik dan
dilakukan secara konsisten dan sistematis dengan tujuan untuk memperkecil
bentuk-bentuk kepentingan tersebut demi
tercapainya tujuan dan kepentingan organisasi yang apabila dibawa dalam ekonomi
ada yang dikatakan akuntansi keperilakuan
yang lebih terfokus pada laporan kinerja atau laporan prilaku karyawan,
sebagai pengawas perusahaan atau organisasi.
Dalam akuntansi
keperilakuan yang berbicara tentang
perilaku selalu berbarengan dengan akuntansi pertanggung jawawban dimana merupakan
penjelas akuntansi perencanaan, pengukur, pengevaluasi kinerja
organisasi, pemegang kendali bagi orang-orang
yang bertanggung jawab menjalankan operasi dan jawaban bagi setiap
masalah umum pada akuntansi managemen,
serta merupakan komponen penting dari sistem pengendalian sebab pada laporan
pertanggung jawababn mencakup semua aspek perilaku yang akan dikendalikan oleh
perusahaan.
Akuntansi
pertanggung jawaban memberikan suatu
kerangkah kerja yang berarti untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan
pelaporan hasil kinerja operasi di sepanjang jalur pertanggung jawaban dan
pengendalian, yang ditujukan untuk manusia , peran mereka serta tugas yang
dibebankan kepada mereka yang merupakan penilaian terhadap kerja perusahaan dan
bukan sebagai mekanisme imporsonal untuk akumulasi dan pelaporan data secara menyeluruh.
Akuntansi
pertanggung jawaban berbeda dengan akuntansi konvensional, dalam hal cara
operasi direncanakan dan cara data akuntansi diklasifikasikan dan diakumulasikan.
Dalam akuntansi konvensional, data diklasifikasikan berdasarkan hakikat dan
fungsinya dan tdak digambarkan sebagai individu-individu yang bertanggung jawab
atas terjadinya dan pengendalian terhadap data tersebut.
Sedangkan
pada akuntansi pertanggung jawaban
tidaklah melibatkan deviasi apapun dari
prinsip akuntansi yang diterima secara umum, akuntansi pertanggung jawaban
meningkatkan relefansi dan informasi akuntansi dengan menetapkan suatu kerangka untuk perencanaan, akumulasi
data, dan pelaporan yang sesuai dengan struktur organisasi dan hirarki
pertanggungjawaban dari suatu perusahaan.
Akuntansi
pertanggung jawaban melaporkan baik siapa yang menjalankan uang tersebut maupun
apa yang dibeli oleh uang tersebut. Olehnya itu sangat pantas bila pada akuntansi
pertanggung jawaban dilibatkan dimensi
manusia pada perencanaan, akumulasi data dan pelaporan. Akuntansi pertanggung
jawaban memperkecil penyelewengan dana
karena biaya dianggarkan dan diklasifikasikan sepanjang garis
tanggungjawaban, sehingga dengan begitu laporan yang diterima oleh pihak
manager segman sangat sesuai untuk mengevaluasi kinerja dan alokasi
penghargaan.
Bisa dikatakan
bahwa akuntansi pertanggung jawaban merupakan salah satu kajian dalam ilmu
akuntasi yang lebih memfokuskan diri
aspek tanggungjawab dari satu atau lebih anggota organisasi atas suatu
pekerjaan , bagian atau segmen tertentu. Akuntansi pertanggung jawban juga
melibatkan aspek keperilakuan dari anggota organisasi . yang menyebabkan
akuntansi pertanggung jawaban dapat dipandang
sebagai alat pengendali bagi organisasi. Kinerja setiap individu,
kelompok, maupun devisi dapat dijelaskan dari laporan yang diungkapkan dalam
akuntansi pertanggung jawaban.
Oleh karena itu
aspek-aspek keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam implememntasi
akuntansi pertanggung jawaban. Masalah-masalah yang terkait dengan keprilakuan
dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat berdampak serius bagi individu dan organisasi. Perilaku menyimpang dari yang diharapkan, rendahnya motifasi dan
tidak layaknya para menejer pusat pertanggungjawaban adalah contoh -
contoh dari gagalnya pusat pertanggung
jawaban untuk mengakomodasi aspek-aspek keprilakuan secara tepat.
Sistem
pengendalian pada setiap perusahaan harusnya tidak hanya melihat perilaku menyimpangnya tapi
juga harus mencari tahu kenapa hal tersebut muncul dan menjadi wabah pada tiap
karyawan, adanya penyimpangan mengisyaratkan adanya ketidak puasan, hal ini
merupakan gejala yang menghasilkan gejala baru dan tidak bisa dinafikkan ketika
terjadi ketidakpuasan maka akan muncul reaksi baru yang juga memunculkan
ketidak puasan baru.
Salah satu
faktor penyebab pembangkangan para karyawan dikarenakan tidak sesuainya tenaga
dengan hasil yang mereka peroleh, memang sangat betul motifasi tiap karyawan merupakan salah satu solusi
dari penyimpangan tersebut namun yang jadi masalah betul tidak motifasi
tersebut sesuai dengan kebutuhan yang mereka harapkan, dan betul tidak hal
tersebut bisa menumbuhkan semangat kerja mereka.
Seharusnya
sistem pengendalian melihat semuanya itu tidak hanya mengharap kinerja yang
baik yang nantinya akan dibawa dalam laporan pertanggung jawaban tapi juga
harus menjadi solusi dari penyimpangan tersebut. Kalau memang sistem
pengendalian dan fungsi dari pada akuntansi pertanggung jawaban bisa terlaksana
dengan optimal maka kesenjangan ekonomi tidak perlu lagi dicari solusinya bila
gaji karyawan dinilai berdasarkan kinerja maka keadilan kaum buruh bukan
menjadi mimpi lagi, tapi yang menjadi masalah kenapa sampai sekarang kesenjangan
ekonomi antara kaum buruh masih sangat terlihat jelas dan keadilan terhadap
kaum buruh masih menjadi mimpi indah yang selalu menjadi harapan palsu.
Bila segala
sesuatunya betul-betul dinilai berdasarkan kinerja maka dengan sendirinya akan
memotifasi tiap karyawan dan atasan untuk bekerja lebih baik dan pasti visi dan misi perusahaan akan
menjadi tujuan bersama karena ada motifasi berupa penghargaan yang mendorong
untuk bekerja lebih giat, sebab tidak bisa dinafikkan segalah bentuk kecurangan, kemalasan dan hal
- hal yang menyimpang lainya itu muncul karena adanya kekecewan yang berarti
pengendalian terhadap karyawan itu tidak terlaksana secara optimal, meskipun
optimal belum menjamin para karyawan akan bekerja sesuai kebutuhan perusahaan
karena tidak ada kepuasan yang diterima oleh karyawan, harusnya akuntansi
pertanggung jawaban menjadi ukuran tinggi rendahnya gaji karyawanm dan tidak
hanya berfokus pada arus kas perusahaan dan penilaian terhadap kinerja tanpa
imbalan yang berarti.
Sangat tidak
adil ketika disisi lain perusahaan mengharapkan kinerja yang baik dari para
karyawan namun pada akhirnaya balasan dari hal tersebut hanyalah berupa pujian
dan bonus yang hanya sesekali diterima sedangkan para kaum guru hampir tiap
hari memberikan laba dari peningkatan kinerja produksi para karyawan, bisa saya
katakan akuntansi pertanggung jawaban dan sistem pengendalian yang diterapkan
oleh perusahaan justru menjadi bentuk nyata
penindasan, dan eksploitasi nyata bagi kaum buruh yang hanya bertujuan
untuk peningkatan bagi kaum elit yang selalu menindas kaum lemah.
E.
Kesesuaian Antara Jaringan
Pertanggungjawaban dan Struktur Organisasi (Coincidence Between Responsibility
Network And Organizational Structure)
Akuntansi
pertanggungjawaban berasumsi bahwa kendali organisatoris diingkatkan dengan
menciptakan suatu jaringan dari tanggungjawab memusat yang bersamaan dengan
struktur organisasi formal.
Top manajemen
mendelegasikan dan memberikan otoritas kepada manajer dibawahnya berdasarkan
hirarki organisasi yang menugaskan otoritas dan tanggungjawab untuk tugas-tugas
spesifik. Ketika otoritas ditugaskan kepada para manajer, mereka mempunyai
wewenang untuk bertindak secara resmi dalam lingkup pendelegasian mereka dan
untuk mempengaruhi bawahan mereka.
Pusat
pertanggungjawaban adalah dasar untuk menyusun sistem akuntansi
pertanggungjawaban keseluruhan, kerangka untuk itu harus didesain secara
hati-hati. Struktur organisasi harus dianalisa dari kelemahan pendelegasian
tugas dan wewenang.
F.
Asumsi Keprilakuan dari Akuntansi
Pertanggungjawaban
Rencana
pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan semuanya berdasarkan
pada asumsi operasi dan prilaku manusia, termasuk :
1.
Management By Exception (MBE) /
Manajemen berdasarkan perkecualian yaitu adanya kecukupan kontrol operasi yang
efektif.
MBE sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas
organisasi, manajer harus berkonsentrasi pada deviasi anggaran atau tujuan
dasar. Karakteristik laporan periodik dari akuntansi pertanggungjawaban yang
ideal adalah menggambarkan manajemen dalam area deviasi dari aturan yang telah
ditentukan dan termasuk menentukan tindakan perbaikan untuk penguatan atau
perbaikan perilaku.
Manajemen berdasarkan perkecualian mengasumsikan bahwa untuk
mengelola dan mengendalikan aktivitas organisasi dengan paling efektif, manajer
sebaiknya mengonsntrasikan perhatian mereka pada bidang – bidang dimana hasil
aktual menyimpang secara substansional dari tujuan yang dianggarkan atau
standar
Hal diatas mengasumsikan bahwa untuk mengatur dan mengendalikan
kegiatan organisasi secara efektif, manajer hanya perlu memusatkan perhatiannya
pada wilayah dimana hasil nyata berbeda dengan target atau standar anggaran.
Sayangnya, hanya perbedaan yang tidak diinginkan dan titik masalah yang telah
jelas yang menerima perhatian segera. Oleh karena itu, pusat tanggung jawab
seringkali menganggap laporan kinerja sebagai alat yang menekankan kegagalan.
Manajer tingkat bawah cenderung melihat laporan semacam ini sebagai
hukuman dan bukan sebagai informasi. Untuk mengubah pandangan semacam ini, maka
sistem penghargaan perusahaan haruslah mensejajarkan pencapaian target dengan
kinerja sukses.
2.
Management By Objective (MBO) /
Manajemen berdasarkan tujuan
Dalam akuntansi pertanggungjawaban, manajemen mengontrol dirinya
sendiri. Disini orang – orang melakukan tugas sendiri sebab mereka percaya
mereka mampu mengarahkan sendiri dalam pekerjaan mereka. MBO memberi fasilitas
kepada manajer dan bawahannya untuk memformulasikan tujuan dan aktivitas untuk
pusat pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban menyediakan kerangka
yang ideal untuk memformulasikan tujuan secara detail.
Akuntansi pertanggungjawaban memfasilitasi management by objective.
Hal ini merupakan pendekatan manajemen yang dirancang untuk mengatasi keslahan
tanggapan manusiawi yang yang sering timbul oleh usaha untuk mengendalikan
operasi berdasarkan dominasi. Sebagai sebuah cara pengendalian manajemen, MBO
memfasilitasi keinginan untuk tidak didominasi dengan memberi manajer dan
bawahannya sebuah kesempatan untuk secara bersama merumuskan pencapaian dan
kegiatan bagi pusat tanggung jawab masing – masing.
3.
Coincidence Between Responsibility
Network And Organizational Structure / Kesesuaian antara jaringan pertanggung
jawaban dan struktur organisasi
Akuntansi pertanggungjawaban mengasumsikan pengendalian organisasi
ditingkatkan melalui penciptaan sebuah jaringan pusat tanggungjawab yang
selaras dengan struktur organisasi. Niat manejemen tingkat atas untuk
mendelegasikan dijelaskan melalui hierarki kewenangan atau struktur organisasi.
Namun demikian, banyak organisasi yang dilanda kelemahan yang hebat mengenai
delegasi. Hal ini berakibat pada usaha saling melewati tugas dan tanggung
jawab.
Karena pusat pertanggung jawaban merupakan dasar dari keseluruhan
sitem akuntansi pertanggung jawaban, kerangka kerja untuk seharusnya di desain
secara hati-hati. Struktur organisasi harus di analisis terhadap kelemahan
dalam pendelegasian dan penyebaran.
4.
Acceptance of Responsibility /
Penerimaan tanggung jawab
Unsur yang terpenting dalam keberhasilan penerapan sistem akuntansi
pertanggungjawaban adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban menerima
tanggungjawab dan tugas yang diberikan kepadanya dengan layak dan kesediaan
mereka melaksanakannya.
Para manajer akan merasa bersedia menerima tugas dan tanggungjawab
tersebut dengan baik jika mereka merasa dibutuhkan secara fisik dan sumber
daya. Mereka akan melaksanakannya dengan baik jika budaya organisasi dimana
tempat mereka menjalankan tugas memberikan kebebasan untuk melaksanakan tugas
dengan cara-cara mereka sendiri. Budaya organisasi yang ada juga harus dapat
memberikan toleransi jika mereka mengalami kegagalan. Dan para manajer
hendaknya diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan pandangan mereka sendiri
tanpa adanya rasa takut.
Ketika sistem akuntansi pertanggungjawaban mengukur keberhasilan
mereka atau kegagalan mereka, ada suatu kepercayaan bahwa mereka diawasi dan
dikendalikan oleh para atasannya. Penentuan pencapaian sasaran yang dihubungkan
dengan akuntansi pertanggungjawaban akan meningkatkan komunikasi diantara
mereka dengan terbuka, dan mereka dapat menentukan ukuran dan strategi yang
hendak dicapai.
Oleh karena itu hal yang paling menentukan dalam sistem akuntansi
tanggung jawab adalah penerimaan dari manajer tanggung jawab atas tanggung
jawab yang dilimpahkan secara adil serta keinginannya untuk tetap dijaga
akuntabilitasnya. Keinginan manajer untuk menerima tanggung jawab bergantung
atas bagaimana mereka mempersepsikan penentuan dan pengendalian atas manusia
dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.
5.
Capability of Inducing Cooperation /
kapasitas untuk mendorong kerja sama
Akuntansi pertanggungjawaban mampu meningkatkan kerjasama
organisasi yang memperlihatkan para manajer bekerja untuk mencapai tujuan
bersama. Akuntansi pertanggungjawaban juga menunjukan tingkat loyalitas mereka,
kemampuan mereka dalam membuat keputusan mereka sendiri di dalam kerangka
tanggungjawab yang didelegasikan kepada mereka. Mereka merasa menjadi bagian
penting dalam organisasi sehingga mereka merasa dihargai dan akan bersama-sama
mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Semangat kerjasama
mereka akan tercipta dan meningkat dan menyakinkan mereka bahwa mereka sedang
mencapai tujuan yang dirumuskan bersama. Mereka merasa menjadi sesuatu hal yang
penting, dan tentu saja mereka akan berpikir bahwa jika terjadi kegagalan
tentulah akan mempengaruhi masa depan.
Akuntansi pertanggung jawaban meningkatkan kerja sama
organisasional dengan menunjukkan kepada manajer bagaimana aktifitas merka
sesuai dengan gambaran keseluruhan dan bahwa setiap orang bekerja untuk tujuan
bersama. Akuntansi pertanggungjawaban memperbaiki kerjasama organisasi dengan
menunjukkan manajer dimana kegiatan mereka dan juga semua bekerja menuju tujuan
bersama.Hal ini juga meningkatkan loyalitas, percaya diri, dan perasaan untuk
merasa penting. Jiwa kerjasama yang ditimbulkan akan meningkat karena mereka
akan percaya bahwa mereka bekerja menuju tujuan bersama dan sebagai sebuah
bagian penting dari organisasi.
G.
Korelasi Jenis-Jenis Pusat
Pertanggungjawaban Dengan Struktur Organisasi
Untuk
berfungsinya dengan memadai, pusat pertanggungjawaban seharusnya serupa mungkin
dengan struktur organisasi. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam
mendisain struktur organisasi dan membebankan tanggungjawab bervariasi dari
perusahaan ke perusahaa bergantung pada pemilihan manajemen puncak dan gaya
kepemimpinan. Berbagai pendekatan tersebut dapat dklasifikasikan sebagai
struktur vertikal dan horizontal. (Lubis 2010).
Selanjutnya
kaitannya dengan pertanggungjawaban, Siegel (1989), menyatakan pendekatan yang
digunakan untuk mendesain struktur organisasi dan pemberian tanggungjawab pada
perusahaan tergantung kepada pilihan manajemen puncak dan gaya kepemimpinan.
Beberapa struktur organisasi meliputi :
1.
Vertical Structure : Organisasi di
bentuk berdasarkan fungsi-fungsi yang ada. Misalnya terdapatnya fungsi
produksi, penjualan, dan keuangan. Masing-masing fungsi yang ada dapat dibagi
dalam beberapa pusat pertanggungjawaban. Fungsi produksi menggunakan cost
center, fungsi penjualan menggunakan revenue center, sedangkan top manajemen
berfungsi sebagai control dan pembuat kebijakan terhadap investasi.
2.
Horizontal Structure : Organisasi di
bentuk berdasarkan area geografis. Setiap pimpinan bagian melakukan control
terhadap pusat laba ataupun investasi. Mereka bertanggungjawab terhadap
produksi, penjualan, dan keuangan dan semua fungsi yang ada di grup/wilayah
masing-masing.
Akuntansi
pertanggungjawaban sebagai kontrol perusahaan dengan diciptakannya jaringan
kerja yang bersamaan dengan struktur organisasi. Top manajemen membaginya dalam
struktur organisasi dan ditetapkan otoritas dan pertanggungjawabannya. Setiap
manajer pusat pertanggungjawaban hendaknya berusaha untuk mengendalikan berbagai
aktivitas yang berada dibawahnya dan mengkomunikasikannya kepada bagian yang
terkait.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akuntansi
pertanggungjawaban merupakan salah satu kajian dalam akuntansi yang lebih
memfokuskan diri pada aspek-aspek tanggung jawab dari satu atau lebih anggota
organisasi atas suatu pekerjaan, bagian, atau segmen tertentu. Tidak hanya hal
itu saja, akuntansi pertanggungjawaban juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan
dari anggota organisasi. Hal ini disebabkan karena akuntansi pertanggungjawaban
dapat dipandang sebagai alat pengendalian bagi organisasi. Masing-masing
individu, kelompok, maupun divisi dapat dijelaskan kinerjanya dari
laporan-laporan yang diungkapkan dalam akuntansi pertanggungjawaban. Oleh
karena itu, aspekaspek keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam
implementasi akuntansipertanggungjawaban.
Permasalahan yang terkait
keperilakuan dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat berdampak serius, baik
bagi individu maupun organisasi. Perilaku menyimpang dari yang apa diharapkan,
rendahnya motivasi, dan tidak layaknya para manajer pusat pertanggungjawaban
adalah contoh-contoh dari dampak yang dihasilkan akibat gagalnya pusat
pertanggungjawaban untuk mengakomodasi aspek-aspek keperilakuan secara tepat. Dengan
demikian, aspek keperilakuan menjadi aspek penting lain di samping aspek
perancangan jaringan pusat pertanggungjawaban.
B.
Saran
Kepada
mahasiswa agar dalam proses perkuliahan dengan sistem diskusi ini memiliki
literatur dari sumber yang berbeda sehingga dapat kita bandingkan dan nantinya
mungkin akan menghasilkan sebuah teori baru yang berguna bagi dunia akuntansi
secara global, selain itu hal ini juga mengasah wawasan para mahasiswa untuk
menjadi semakin berkembang dan luas cakupan pengetahuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar