Jumat, 03 November 2017

ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Dalam akuntansi keprilakuan  yang berbicara tentang perilaku selalu berbarengan dengan akuntansi pertanggung jawawban dimana  merupakan  penjelas akuntansi perencanaan, pengukur, pengevaluasi kinerja organisasi, pemegang kendali bagi orang-orang  yang bertanggung jawab menjalankan operasi dan jawaban bagi setiap masalah umum  pada akuntansi managemen, serta merupakan komponen penting dari sistem pengendalian sebab pada laporan pertanggung jawababn mencakup semua aspek perilaku yang akan dikendalikan oleh perusahaan.
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu bidang dari akuntansi manajemen yang dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh setiap manajer atau dengan kata lain akuntansi pertanggungjawaban merupakan media pengendalian biaya atau pendapatan dengan menghubungkan biaya atau pendapatan dengan tempat dimana biaya atau pendapatan tersebut dikeluarkan atau diperoleh oleh penanggungjawab dari tempat tersebut.
Pertanggungjawaban merupakan kewajiban untuk melaksanakan pekerjaan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya hanya dapat diterapkan pada manusia dan pertanggungjawaban ini muncul akibat adanya hubungan antara atasan dengan bawahan. Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat antara struktur organisasi dan sistem akuntansi pertanggungjawaban. Idealnya sistem akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struktur dari sebuah organisasi.
Paper ini akan dimulai dengan penjelasan aspek-aspek perilaku dalam organisasi, akuntansi pertanggungjawaban dan semoga paper ini dapat berguna sebagai acuan paper lainya yang berkaitan dengan judul paper ini kedepannya.

B.     Rumusan Masalah
Makalah ini hanya membahas dalam konteks ruang lingkup “ ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN ”

C.     Tujuan Penulisan
Tujuan dari pada paper ini adalah untuk memberikan penjelasan kepada mahasiswa terhadap ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN”.

D.     Manfaat Penulisan
Manfaat dari pada penyusunan paper ini adalah mahasiswa mamahami ”ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN dan mampu mengaplikasikan dan mengimplementasikan dalam kehidupan dunia kerja nantinya secara baik dan benar.



BAB II
PEMBAHASAN
A.     Akuntansi Pertanggungjawaban
1.      Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan istilah yang digunakan dalam menjelaskan akuntansi perencanaan serta pengukuran dan evaluasi kinerja organisasi sepanjang garis pertanggungjawaban. Garis pertanggungjawaban ini meliputi pendapatan, serta biaya-biaya.
Akuntansi pertanggungjawaban adalah jawaban akuntansi manajemen terhadap pengetahuan umum bahwa masalah-masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif mungkin dengan mengendalikan orang-orang yang bertanggung jawab untuk menjalankan operasi tersebut.
Salah satu tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk memastikan bahwa individu-individu pada seluruh tingkatan di perusahaan telah memberikan kontribusi yang memuaskan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara menyeluruh.
Menurut H.S. Hadibroto, memberikan definisi sebagai berikut :
“Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem akuntansi yang disesuaikan agar manajemen dapat melakukan pengawasan efisiensi untuk sesuatu bagian tertentu ataupun untuk petugas-petugas yang bertanggung jawab terhadap efisiensi biaya yang menjadi tanggungjawab”. (1991, hlm. 6)
Berdasarkan dari definisi di atas, maka penulis mencoba mengambil    kesimpulan   bahwa   akuntansi  pertanggungjawaban adalah :
1.      Suatu  sistem  akuntansi  yang  ada  dalam  suatu  organisasi berfungsi sebagai alat pengawasan manajemen.
2.      Suatu sistem akuntansi yang menyusun dan melaporkan pendapatan dan biaya untuk pusat pertanggungjawaban.
2.      Tujuan dan Keuntungan Akuntansi Pertanggungjawaban
Penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada suatu perusahaan,terlebih dahulu harus diketahui apa yang menjadi tujuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban itu sendiri.
Menurut Robert N. Anthony dan Roger H. Hermanson (2001: 57) dikemukakan bahwa Tujuan Akuntansi pertanggungjawaban adalah membebani pusat pertanggungjawaban dengan biaya yang dikeluarkannya.
Berdasarkan tujuan-tujuan yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban adalah mengadakan evaluasi hasil kerja suatu pusat pertanggungjawaban untuk meningkatkan operasi-operasi perusahaan di waktu yang akan datang. Keuntungan dari akuntansi pertanggungjawaban adalah individu dalam organisasi ikut berperan serta dalam mencapai sasaran perusahaan secara efektif dan efisien.
3.      Fungsi Akuntansi Pertanggungjawaban
 Akuntansi pertanggungjawaban menurut fungsinya adalah sebagai alat penilaian kinerja dan memberikan atau menghasilkan arus balik sehingga operasi diwaktu yang akan datang dapat ditingkatkan.
a.       Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan
b.      Penilaian Kinerja Pusat Biaya
c.       Penilaian Kinerja Pusat Laba
d.      Penilaian Kinerja Pusat Investasi
4.      Kegunaan Akuntansi Pertanggungjawaban bagi manajemen
1.      Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan anggaran.
Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran diterapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagian aktivitas pencapaian sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang mengukur berbagai nilai sumber daya yang disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian, anggaran yang berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur nilai sumber daya yang disediakan selama tahun anggaran bagi manajer yang diberi peran untuk mencapai sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran, informasi akuntansi pertanggungjawaban berfungsi sebagai alat pengiriman peran kepada manajer yang diberi peran dalam pencapaian sasaran perusahaan.
2.      Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilaian kinerja manajer pertanggungjawaban.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi tersebut menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan atau biaya yang menjadi tanggung jawabnya, dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan dan atau biaya tersebut menurut manajer yang bertanggung jawab. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan skor yang dibuat untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai sasaran perusahaan.
3.      Informasi akuntansi pertanggungjawaban memungkinkan pengelolaan aktivitas.
Manajemen memerlukan pemisahan aktivitas penambahan dan bukan penambah nilai dan identifikasi sumber daya yang dikonsumsi oleh kedua tipe aktivitas tersebut. Dengan menyajikan informasi biaya yang dipisahkan ke dalam biaya penambah dan bukan penambah nilai, manajemen dapat :
a.       Memperoleh informasi biaya bukan penambah nilai yang menggambarkan besarnya pemborosan yang sekarang dialami oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
b.      Memperoleh biaya-biaya bukan penambah nilai yang memungkinkan mereka memusatkan pengendalian mereka terhadap aktivitas bukan penambah nilai.
c.       Memperoleh informasi biaya-biaya penambah nilai yang memungkinkan mereka melakukan penyempurnaan efisiensi aktivitas penambah nilai.

5.      Jenis-jenis Tingkat Pertanggungjawaban
pusat pertanggungjawaban individu berfungsi sebagai kerangka kerja untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja dari manajer segmen. Pusat pertanggungjawaban dikelompokkan kedalam empat kategori, yang masing-masing mencerminkan rentang dan diskresi atas pendapatan dan/atau biaya serta lingkup pengendalian dari manajer yang bertanggung jawab.
a.       Pusat Biaya
Pusat biaya merupakan bidang tanggung jawab yang menghasilkan suatu produk atau memberikan suatu jasa. Manajer bertanggung jawab atas pusat biaya memiliki diskresi akan kendali hanya atas penggunaan sumber daya fisik dan manusia yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Selama proses perencanaan, para manajer pusat biaya diberikan kuota produksi dan dapat berpartisipasi dalam menetapkan tujuan biaya yang realistis dan adil untuk tingkat output yang diantisipasi.
b.      Pusat Pendapatan
Manajer di pusat pendapatan hanya memiliki kendali terhadap biaya pemasaran langsung dan kinerja mereka akan diukur dalam hal kemampuan mereka untuk mencapai target penjualan yang telah ditentukan sebelumnya dalam batasan tertentu.

c.       Pusat Laba
Pusat laba adalah segmen dimana manajer memiliki kendali baik atas pendapatan maupun biaya. Diskresi yang mereka miliki terhadap biaya meliputi beban produksi dari produk atau jasa. Kinerja dari manajer pusat laba dievaluasi berdasarkan target laba yang direncanakan seperti tingkat pengembalian minimum yang diharapkan dan tingkat halangan untuk laba residual.
d.      Pusat Investasi
Manajer pusat investasi bertanggung jawab terhadap investasi dalam aktiva serta pengendalian atas pendapatan dan biaya. Mereka bertanggung jawab untuk mencapai margin kontribusi dan target laba tertentu serta efisiensi dalam penggunaan aktiva. Mereka diharapkan untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara laba yang dicapai dan investasi dalam sumber daya yang digunakan. Kriteria yang digunakan dalam mengukur kinerja mereka dan menentukan penghargaan mereka meliputi tingkat pengembalian atas aktiva, rasio perputaran dan laba residual. Karena mereka bertanggung jawab terhadap setiap aspek dari operasi, manajer pusat investasi ini dievaluasi dengan cara yang sama seperti eksekutif puncak.

B.     Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan
Riset akuntasi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan proses informasi akuntasi dan audit. Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu fenomena baru yang sebetulnya dapat ditelusuri kembali pada awal tahun 1960-an, walaupun sebetulnya dalam banyak hal riset tersebut dapat dilakukan lebih awal. Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan :
1.      Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
2.      Pengaruh dan fungsi akutansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran, karakteristik system informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan, manajer, investor, maupun wajib pajak.
3.      Pengaruh hasil dari informasi tersebut, seperti informasi akuntansi dan penggunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.

C.     Aspek-aspek perilaku dalam organisasi
Berbicara pengertian perilaku organisasi, banyak ahli memberikan definisi. Pendapat   pertama menurut  Toha (2001) bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu.
Menurut Robbin (2001) bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi.
 Studi tersebut mencakup pembahasan tentang aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia yang bekerja di dalamnya ; juga aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi dimana mereka berada.  Tujuannya adalah memperlancar upaya pencapaian tujuan organisasi.

D.     Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban
Organisasi merupakan suatu kegiatan usaha, baik itu organisasi yang menyediakan jasa maupun organisasi yang melakukan produksi, yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terlibat dalam organisasi tersebut. Dalam proses menjalankan organisasi, tidak bisa dinafikkan kalau orang - orang yang terlibat di dalamnya memiliki warna yang berbeda dan kepentingan yang berbeda pula. 
Namun dari semua perbedaan tersebut  hal yang terpenting adalah bagaimana agar semua itu sesuai dengan visi dan misi organisasi oleh karena itu dibutuhkan sistem pengendalaian yang baik dan dilakukan secara konsisten dan sistematis dengan tujuan untuk memperkecil bentuk-bentuk kepentingan tersebut  demi tercapainya tujuan dan kepentingan organisasi yang apabila dibawa dalam ekonomi ada yang dikatakan akuntansi keperilakuan  yang lebih terfokus pada laporan kinerja atau laporan prilaku karyawan, sebagai pengawas perusahaan atau organisasi.
Dalam akuntansi keperilakuan  yang berbicara tentang perilaku selalu berbarengan dengan akuntansi pertanggung jawawban dimana  merupakan  penjelas akuntansi perencanaan, pengukur, pengevaluasi kinerja organisasi, pemegang kendali bagi orang-orang  yang bertanggung jawab menjalankan operasi dan jawaban bagi setiap masalah umum  pada akuntansi managemen, serta merupakan komponen penting dari sistem pengendalian sebab pada laporan pertanggung jawababn mencakup semua aspek perilaku yang akan dikendalikan oleh perusahaan.
Akuntansi pertanggung jawaban  memberikan suatu kerangkah kerja yang berarti untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan pelaporan hasil kinerja operasi di sepanjang jalur pertanggung jawaban dan pengendalian, yang ditujukan untuk manusia , peran mereka serta tugas yang dibebankan kepada mereka yang merupakan penilaian terhadap kerja perusahaan dan bukan sebagai mekanisme imporsonal untuk akumulasi  dan pelaporan data secara menyeluruh.
Akuntansi pertanggung jawaban berbeda dengan akuntansi konvensional, dalam hal cara operasi direncanakan dan cara data akuntansi diklasifikasikan dan diakumulasikan. Dalam akuntansi konvensional, data diklasifikasikan berdasarkan hakikat dan fungsinya dan tdak digambarkan sebagai individu-individu yang bertanggung jawab atas terjadinya dan pengendalian terhadap data tersebut.
Sedangkan pada  akuntansi pertanggung jawaban tidaklah melibatkan deviasi  apapun dari prinsip akuntansi yang diterima secara umum, akuntansi pertanggung jawaban meningkatkan relefansi dan informasi akuntansi dengan menetapkan  suatu kerangka untuk perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan yang sesuai dengan struktur organisasi dan hirarki pertanggungjawaban dari suatu perusahaan.
Akuntansi pertanggung jawaban melaporkan baik siapa yang menjalankan uang tersebut maupun apa yang dibeli oleh uang tersebut. Olehnya itu sangat pantas bila pada akuntansi pertanggung jawaban dilibatkan  dimensi manusia pada perencanaan, akumulasi data dan pelaporan. Akuntansi pertanggung jawaban memperkecil penyelewengan dana  karena biaya dianggarkan dan diklasifikasikan sepanjang garis tanggungjawaban, sehingga dengan begitu laporan yang diterima oleh pihak manager segman sangat sesuai untuk mengevaluasi kinerja dan alokasi penghargaan.
Bisa dikatakan bahwa akuntansi pertanggung jawaban merupakan salah satu kajian dalam ilmu akuntasi yang lebih memfokuskan  diri aspek tanggungjawab dari satu atau lebih anggota organisasi atas suatu pekerjaan , bagian atau segmen tertentu. Akuntansi pertanggung jawban juga melibatkan aspek keperilakuan dari anggota organisasi . yang menyebabkan akuntansi pertanggung jawaban dapat dipandang  sebagai alat pengendali bagi organisasi. Kinerja setiap individu, kelompok, maupun devisi dapat dijelaskan dari laporan yang diungkapkan dalam akuntansi pertanggung jawaban.
Oleh karena itu aspek-aspek keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam implememntasi akuntansi pertanggung jawaban. Masalah-masalah yang terkait dengan keprilakuan dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat berdampak serius bagi individu  dan organisasi. Perilaku menyimpang  dari yang diharapkan, rendahnya motifasi dan tidak layaknya para menejer pusat pertanggungjawaban adalah contoh - contoh  dari gagalnya pusat pertanggung jawaban untuk mengakomodasi aspek-aspek keprilakuan secara tepat.
Sistem pengendalian pada setiap perusahaan harusnya tidak  hanya melihat perilaku menyimpangnya tapi juga harus mencari tahu kenapa hal tersebut muncul dan menjadi wabah pada tiap karyawan, adanya penyimpangan mengisyaratkan adanya ketidak puasan, hal ini merupakan gejala yang menghasilkan gejala baru dan tidak bisa dinafikkan ketika terjadi ketidakpuasan maka akan muncul reaksi baru yang juga memunculkan ketidak puasan baru.
Salah satu faktor penyebab pembangkangan para karyawan dikarenakan tidak sesuainya tenaga dengan hasil yang mereka peroleh, memang sangat betul motifasi  tiap karyawan merupakan salah satu solusi dari penyimpangan tersebut namun yang jadi masalah betul tidak motifasi tersebut sesuai dengan kebutuhan yang mereka harapkan, dan betul tidak hal tersebut bisa menumbuhkan semangat kerja mereka.
Seharusnya sistem pengendalian melihat semuanya itu tidak hanya mengharap kinerja yang baik yang nantinya akan dibawa dalam laporan pertanggung jawaban tapi juga harus menjadi solusi dari penyimpangan tersebut. Kalau memang sistem pengendalian dan fungsi dari pada akuntansi pertanggung jawaban bisa terlaksana dengan optimal maka kesenjangan ekonomi tidak perlu lagi dicari solusinya bila gaji karyawan dinilai berdasarkan kinerja maka keadilan kaum buruh bukan menjadi mimpi lagi, tapi yang menjadi masalah kenapa sampai sekarang kesenjangan ekonomi antara kaum buruh masih sangat terlihat jelas dan keadilan terhadap kaum buruh masih menjadi mimpi indah yang selalu menjadi harapan palsu.
Bila segala sesuatunya betul-betul dinilai berdasarkan kinerja maka dengan sendirinya akan memotifasi tiap karyawan dan atasan untuk bekerja lebih baik  dan pasti visi dan misi perusahaan akan menjadi tujuan bersama karena ada motifasi berupa penghargaan yang mendorong untuk bekerja lebih giat, sebab tidak bisa dinafikkan  segalah bentuk kecurangan, kemalasan dan hal - hal yang menyimpang lainya itu muncul karena adanya kekecewan yang berarti pengendalian terhadap karyawan itu tidak terlaksana secara optimal, meskipun optimal belum menjamin para karyawan akan bekerja sesuai kebutuhan perusahaan karena tidak ada kepuasan yang diterima oleh karyawan, harusnya akuntansi pertanggung jawaban menjadi ukuran tinggi rendahnya gaji karyawanm dan tidak hanya berfokus pada arus kas perusahaan dan penilaian terhadap kinerja tanpa imbalan yang berarti.
Sangat tidak adil ketika disisi lain perusahaan mengharapkan kinerja yang baik dari para karyawan namun pada akhirnaya balasan dari hal tersebut hanyalah berupa pujian dan bonus yang hanya sesekali diterima sedangkan para kaum guru hampir tiap hari memberikan laba dari peningkatan kinerja produksi para karyawan, bisa saya katakan akuntansi pertanggung jawaban dan sistem pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan justru menjadi bentuk nyata  penindasan, dan eksploitasi nyata bagi kaum buruh yang hanya bertujuan untuk peningkatan bagi kaum elit yang selalu menindas kaum lemah.

E.      Kesesuaian Antara Jaringan Pertanggungjawaban dan Struktur Organisasi (Coincidence Between Responsibility Network And Organizational Structure)
Akuntansi pertanggungjawaban berasumsi bahwa kendali organisatoris diingkatkan dengan menciptakan suatu jaringan dari tanggungjawab memusat yang bersamaan dengan struktur organisasi formal.
Top manajemen mendelegasikan dan memberikan otoritas kepada manajer dibawahnya berdasarkan hirarki organisasi yang menugaskan otoritas dan tanggungjawab untuk tugas-tugas spesifik. Ketika otoritas ditugaskan kepada para manajer, mereka mempunyai wewenang untuk bertindak secara resmi dalam lingkup pendelegasian mereka dan untuk mempengaruhi bawahan mereka.
Pusat pertanggungjawaban adalah dasar untuk menyusun sistem akuntansi pertanggungjawaban keseluruhan, kerangka untuk itu harus didesain secara hati-hati. Struktur organisasi harus dianalisa dari kelemahan pendelegasian tugas dan wewenang.
F.      Asumsi Keprilakuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban
Rencana pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan semuanya berdasarkan pada asumsi operasi dan prilaku manusia, termasuk :
1.      Management By Exception (MBE) / Manajemen berdasarkan perkecualian yaitu adanya kecukupan kontrol operasi yang efektif.
MBE sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas organisasi, manajer harus berkonsentrasi pada deviasi anggaran atau tujuan dasar. Karakteristik laporan periodik dari akuntansi pertanggungjawaban yang ideal adalah menggambarkan manajemen dalam area deviasi dari aturan yang telah ditentukan dan termasuk menentukan tindakan perbaikan untuk penguatan atau perbaikan perilaku.
Manajemen berdasarkan perkecualian mengasumsikan bahwa untuk mengelola dan mengendalikan aktivitas organisasi dengan paling efektif, manajer sebaiknya mengonsntrasikan perhatian mereka pada bidang – bidang dimana hasil aktual menyimpang secara substansional dari tujuan yang dianggarkan atau standar
Hal diatas mengasumsikan bahwa untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan organisasi secara efektif, manajer hanya perlu memusatkan perhatiannya pada wilayah dimana hasil nyata berbeda dengan target atau standar anggaran. Sayangnya, hanya perbedaan yang tidak diinginkan dan titik masalah yang telah jelas yang menerima perhatian segera. Oleh karena itu, pusat tanggung jawab seringkali menganggap laporan kinerja sebagai alat yang menekankan kegagalan.
Manajer tingkat bawah cenderung melihat laporan semacam ini sebagai hukuman dan bukan sebagai informasi. Untuk mengubah pandangan semacam ini, maka sistem penghargaan perusahaan haruslah mensejajarkan pencapaian target dengan kinerja sukses.

2.      Management By Objective (MBO) / Manajemen berdasarkan tujuan
Dalam akuntansi pertanggungjawaban, manajemen mengontrol dirinya sendiri. Disini orang – orang melakukan tugas sendiri sebab mereka percaya mereka mampu mengarahkan sendiri dalam pekerjaan mereka. MBO memberi fasilitas kepada manajer dan bawahannya untuk memformulasikan tujuan dan aktivitas untuk pusat pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban menyediakan kerangka yang ideal untuk memformulasikan tujuan secara detail.
Akuntansi pertanggungjawaban memfasilitasi management by objective. Hal ini merupakan pendekatan manajemen yang dirancang untuk mengatasi keslahan tanggapan manusiawi yang yang sering timbul oleh usaha untuk mengendalikan operasi berdasarkan dominasi. Sebagai sebuah cara pengendalian manajemen, MBO memfasilitasi keinginan untuk tidak didominasi dengan memberi manajer dan bawahannya sebuah kesempatan untuk secara bersama merumuskan pencapaian dan kegiatan bagi pusat tanggung jawab masing – masing.

3.      Coincidence Between Responsibility Network And Organizational Structure / Kesesuaian antara jaringan pertanggung jawaban dan struktur organisasi
Akuntansi pertanggungjawaban mengasumsikan pengendalian organisasi ditingkatkan melalui penciptaan sebuah jaringan pusat tanggungjawab yang selaras dengan struktur organisasi. Niat manejemen tingkat atas untuk mendelegasikan dijelaskan melalui hierarki kewenangan atau struktur organisasi. Namun demikian, banyak organisasi yang dilanda kelemahan yang hebat mengenai delegasi. Hal ini berakibat pada usaha saling melewati tugas dan tanggung jawab.
Karena pusat pertanggung jawaban merupakan dasar dari keseluruhan sitem akuntansi pertanggung jawaban, kerangka kerja untuk seharusnya di desain secara hati-hati. Struktur organisasi harus di analisis terhadap kelemahan dalam pendelegasian dan penyebaran.

4.      Acceptance of Responsibility / Penerimaan tanggung jawab
Unsur yang terpenting dalam keberhasilan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban menerima tanggungjawab dan tugas yang diberikan kepadanya dengan layak dan kesediaan mereka melaksanakannya.
Para manajer akan merasa bersedia menerima tugas dan tanggungjawab tersebut dengan baik jika mereka merasa dibutuhkan secara fisik dan sumber daya. Mereka akan melaksanakannya dengan baik jika budaya organisasi dimana tempat mereka menjalankan tugas memberikan kebebasan untuk melaksanakan tugas dengan cara-cara mereka sendiri. Budaya organisasi yang ada juga harus dapat memberikan toleransi jika mereka mengalami kegagalan. Dan para manajer hendaknya diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan pandangan mereka sendiri tanpa adanya rasa takut.
Ketika sistem akuntansi pertanggungjawaban mengukur keberhasilan mereka atau kegagalan mereka, ada suatu kepercayaan bahwa mereka diawasi dan dikendalikan oleh para atasannya. Penentuan pencapaian sasaran yang dihubungkan dengan akuntansi pertanggungjawaban akan meningkatkan komunikasi diantara mereka dengan terbuka, dan mereka dapat menentukan ukuran dan strategi yang hendak dicapai.
Oleh karena itu hal yang paling menentukan dalam sistem akuntansi tanggung jawab adalah penerimaan dari manajer tanggung jawab atas tanggung jawab yang dilimpahkan secara adil serta keinginannya untuk tetap dijaga akuntabilitasnya. Keinginan manajer untuk menerima tanggung jawab bergantung atas bagaimana mereka mempersepsikan penentuan dan pengendalian atas manusia dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.

5.      Capability of Inducing Cooperation / kapasitas untuk mendorong kerja sama
Akuntansi pertanggungjawaban mampu meningkatkan kerjasama organisasi yang memperlihatkan para manajer bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Akuntansi pertanggungjawaban juga menunjukan tingkat loyalitas mereka, kemampuan mereka dalam membuat keputusan mereka sendiri di dalam kerangka tanggungjawab yang didelegasikan kepada mereka. Mereka merasa menjadi bagian penting dalam organisasi sehingga mereka merasa dihargai dan akan bersama-sama mempunyai keinginan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Semangat kerjasama mereka akan tercipta dan meningkat dan menyakinkan mereka bahwa mereka sedang mencapai tujuan yang dirumuskan bersama. Mereka merasa menjadi sesuatu hal yang penting, dan tentu saja mereka akan berpikir bahwa jika terjadi kegagalan tentulah akan mempengaruhi masa depan.
Akuntansi pertanggung jawaban meningkatkan kerja sama organisasional dengan menunjukkan kepada manajer bagaimana aktifitas merka sesuai dengan gambaran keseluruhan dan bahwa setiap orang bekerja untuk tujuan bersama. Akuntansi pertanggungjawaban memperbaiki kerjasama organisasi dengan menunjukkan manajer dimana kegiatan mereka dan juga semua bekerja menuju tujuan bersama.Hal ini juga meningkatkan loyalitas, percaya diri, dan perasaan untuk merasa penting. Jiwa kerjasama yang ditimbulkan akan meningkat karena mereka akan percaya bahwa mereka bekerja menuju tujuan bersama dan sebagai sebuah bagian penting dari organisasi.

G.     Korelasi Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban Dengan Struktur Organisasi
Untuk berfungsinya dengan memadai, pusat pertanggungjawaban seharusnya serupa mungkin dengan struktur organisasi. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam mendisain struktur organisasi dan membebankan tanggungjawab bervariasi dari perusahaan ke perusahaa bergantung pada pemilihan manajemen puncak dan gaya kepemimpinan. Berbagai pendekatan tersebut dapat dklasifikasikan sebagai struktur vertikal dan horizontal. (Lubis 2010).
Selanjutnya kaitannya dengan pertanggungjawaban, Siegel (1989), menyatakan pendekatan yang digunakan untuk mendesain struktur organisasi dan pemberian tanggungjawab pada perusahaan tergantung kepada pilihan manajemen puncak dan gaya kepemimpinan. Beberapa struktur organisasi meliputi :
1.      Vertical Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan fungsi-fungsi yang ada. Misalnya terdapatnya fungsi produksi, penjualan, dan keuangan. Masing-masing fungsi yang ada dapat dibagi dalam beberapa pusat pertanggungjawaban. Fungsi produksi menggunakan cost center, fungsi penjualan menggunakan revenue center, sedangkan top manajemen berfungsi sebagai control dan pembuat kebijakan terhadap investasi.
2.      Horizontal Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan area geografis. Setiap pimpinan bagian melakukan control terhadap pusat laba ataupun investasi. Mereka bertanggungjawab terhadap produksi, penjualan, dan keuangan dan semua fungsi yang ada di grup/wilayah masing-masing.
Akuntansi pertanggungjawaban sebagai kontrol perusahaan dengan diciptakannya jaringan kerja yang bersamaan dengan struktur organisasi. Top manajemen membaginya dalam struktur organisasi dan ditetapkan otoritas dan pertanggungjawabannya. Setiap manajer pusat pertanggungjawaban hendaknya berusaha untuk mengendalikan berbagai aktivitas yang berada dibawahnya dan mengkomunikasikannya kepada bagian yang terkait.



BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu kajian dalam akuntansi yang lebih memfokuskan diri pada aspek-aspek tanggung jawab dari satu atau lebih anggota organisasi atas suatu pekerjaan, bagian, atau segmen tertentu. Tidak hanya hal itu saja, akuntansi pertanggungjawaban juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari anggota organisasi. Hal ini disebabkan karena akuntansi pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai alat pengendalian bagi organisasi. Masing-masing individu, kelompok, maupun divisi dapat dijelaskan kinerjanya dari laporan-laporan yang diungkapkan dalam akuntansi pertanggungjawaban. Oleh karena itu, aspek­aspek keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam implementasi akuntansipertanggungjawaban.
                Permasalahan yang terkait keperilakuan dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat berdampak serius, baik bagi individu maupun organisasi. Perilaku menyimpang dari yang apa diharapkan, rendahnya motivasi, dan tidak layaknya para manajer pusat pertanggungjawaban adalah contoh-contoh dari dampak yang dihasilkan akibat gagalnya pusat pertanggungjawaban untuk mengakomodasi aspek-aspek keperilakuan secara tepat. Dengan demikian, aspek keperilakuan menjadi aspek penting lain di samping aspek perancangan jaringan pusat pertanggungjawaban.

B.     Saran
Kepada mahasiswa agar dalam proses perkuliahan dengan sistem diskusi ini memiliki literatur dari sumber yang berbeda sehingga dapat kita bandingkan dan nantinya mungkin akan menghasilkan sebuah teori baru yang berguna bagi dunia akuntansi secara global, selain itu hal ini juga mengasah wawasan para mahasiswa untuk menjadi semakin berkembang dan luas cakupan pengetahuannya.

















DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MODAL KERJA DALAM KEUANGAN SYARIAH

MODAL KERJA DALAM KEUANGAN SYARIAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembiayaan merupakan salah satu tugas po...